Kamis 15 Mar 2018 14:01 WIB

Masjid Yesil Vadi, Ikon Masjid Modern Turki

Masjid ini lebih mengedepankan gaya arsitektur kontemporer dan minimalis.

Masjid Yesil Vadi
Foto: wordpress
Masjid Yesil Vadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kota Istanbul, Turki, lekat dengan bangunan-bangunan bersejarah dari masa kejayaan Kekaisaran Ottoman. Berbagai gaya arsitektur Ottoman selalu disuguhkan di setiap sudut kota ini.

Ciri khas utama adalah bangunan masjidnya yang hampir serupa dengan struktur yang ada pada Hagia Sophia. Namun, sebuah masjid yang berada di kawasan Marmara, wilayah lain sudut Kota Istanbul menyajikan wajah berbeda dari desain masjid di Turki pada umumnya.

Masjid Yesil Vadi merupakan salah satu dari bangunan masjid baru di Istanbul yang didirikan dengan desain arsitektur yang lebih modern. Masjid ini lebih mengedepankan gaya arsitektur kontemporer dan minimalis daripada mengedepankan gaya umum masjid Ottoman yang konservatif. Berkat tangan dingin Adnan Kazmaoglu, seorang arsitektur Turki kenamaan, ia menyulap masjid ini menjadi salah satu ikon model arsitektur masjid modern di Turki.

Masjid Yesil Vadi berdiri di atas lahan seluas 3.700 meter persegi dengan bangunan berlapisan marmer putih seluas 530 meter persegi. Konstruksi awal masjid dibangun pada 2003 dengan jenis konstruksi beton bertulang dan pada 2010 pembangunan struktur masjid secara keseluruhan selesai. Kapasitas daya tampung masjid relatif kecil, hanya menampung 300 sampai 350 jamaah. Sang arsitek memadukan komponen air dan batu dalam struktur bangunan masjid ini.

Menurut Adnan, dua komponen ini melambangkan kelangsungan hidup hingga kematian manusia. Keunikan struktur bangunan masjid ini membentuk bulat setengah lingkaran, layaknya sebuah observatorium pengamatan bintang. Berbeda dengan masjid Ottoman pada umumnya, di mana kubah sebagai aksesori bangunan. Pada masjid ini, struktur seperti kubah inilah yang merupakan ruangan utama masjid. Struktur kubah tersebut terdiri atas dua bentuk seperempat bagian bola yang dijadikan satu.

Salah satu bagian seperempat lingkaran bola yang lebih besar berdiameter 25 meter mengapit bagian seperempat bola yang lebih kecil yang berdiameter 20 meter. Di antara penghubung bagian kubah menjadi 11 buah jendela kaca. Selain di antara dua sambungan tersebut, terdapat jendela kaca bulat berlafaz Allah di atasnya dan persegi pada setiap pinggir kubah. Alhasil, struktur bangunan masjid sepenuhnya memang memanfaatkan optimalisasi pencahayaan matahari pada setiap jendelanya.

Melalui jendela-jendela inilah ruang utama masjid mendapat pencahayaan yang baik dan menerangi setiap ukiran kaligrafi kufi ayat suci Alquran pada interior ruang shalat utama. Sedangkan, pada malam hari, dari jendela tersebut memancarkan cahaya ke luar dari penggunaan lampu dari dalam masjid. Di sekitar struktur kubah dibuat sebuah kolam melingkari kubah dan setengah area halaman kubah.

Pintu utama terdapat pada sisi lain kubah yang berseberangan dengan mihrab ditandai dengan bentuk muqarnar geometris dari marmer, pintu terbuat dari stainless steel, dan pintu kaca geser. Di halaman utama kubah juga terdapat sebuah minaret yang terpisah dari struktur utama kubah. Minaret ini berdiri setinggi 20 meter dan membentuk mengerucut di bagian ujung menara terdapat bentuk muqarnas dan speaker masjid. Di halaman masjid utama juga berfungsi sebagai jam matahari yang mengikuti cahaya matahari dengan minaret sebagai patokan jarum jam. Masih di halaman masjid, terdapat sebuah prasasti batu marmer yang bertuliskan surah al-Fatihah.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement