Rabu 14 Mar 2018 13:59 WIB

Masa Keemasan Kanem Bornu

Masa kejayaan Aluma di bidang pemerintahan dan militer berlangsung abad ke-17.

Muslim di Afrika
Foto: muslimblog.co.in
Muslim di Afrika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerajaan Kanem Bornu mengalami masa keemasan ketika Mai Idris Aluma berkuasa pada 1570-1603. Mai Idris adalah sosok yang ahli dalam berbagai hal, mulai dari kemiliteran, administrasi pemerintahan sampai ilmu-ilmu keislaman.

Dalam memimpin, ia berupaya  merangkul semua suku, seperti Hausa di barat, Tuareg, dan Toubou di utara, serta Bulala di timur. Kesuksesan pemerintahannya tergambar dari sebuah puisi terkenal yang menceritakan kemenangan pasukan Kanem Bornu dalam 330 peperangan dan lebih dari 1.000 pertempuran. Kemenangan demi kemenangan itu membuat wilayah kekuasaan Kanem Bornu semakin luas. Kala itu, Aluma berhasil menguasai area yang sangat luas, mulai dari wilayah Chad, Libya Selatan, Nigeria Timur, Nigeria timur laut, hingga Kamerun utara. Seperti, dilansir onislam.net, luas wilayah kerajaan ini mencapai lebih dari 300 ribu mil persegi.

Aluma juga membuat banyak kebijakan inovatif di antaranya membangun barak-barak militer permanen yang berdinding tembok, melengkapi pasukan penunggang kuda dengan baju besi, dan meminta para penasihat militer Turki untuk melatih pasukan pengawal kerajaan.

Ia pun aktif berdiplomasi dengan negara tetangga, antara lain, Libya, Mesir, dan Kesultanan Turki Utsmani. Ia juga pernah menandatangani sebuah perjanjian gencatan senjata tertulis yang mungkin merupakan hal pertama yang terjadi dalam sejarah pemerintahan di kawasan itu.

Aluma juga memperkenalkan sejumlah reformasi administrasi dan hukum yang didasarkan pada hukum Islam (syariah).  Sejarah juga mencatat, ia memprakarsai pembangunan sejumlah masjid dan menyelenggarakan perjalanan ibadah haji ke Tanah Suci. Untuk itu, ia memerintahkan pengadaan tempat menginap bagi jamaah Kanem Bornu selama di Tanah Suci.

Dalam upaya mewujudkan tujuan-tujuan politik reformisnya, Aluma berusaha mencari sekutu dan penasihat politik yang kompeten sekaligus loyal. Untuk memperkuat aliansi politik, adakalanya ia gunakan media “perkawinan politik”.  Aluma juga merupakan anak dari sebuah “perkawinan politik”. Ayahnya berasal dari suku Kanuri dan ibunya adalah wanita beretnis Bulala. Selama memerintah, Aluma secara teratur juga meminta nasihat dari sebuah dewan yang beranggotakan para kepala suku terkemuka.

Di bawah kepemimpinan Aluma, Kanem Bornu menjadi negeri yang kuat, makmur, dan disegani. Pemerintah mendapat banyak pemasukan dari upeti (yang dibayarkan oleh suku atau wilayah yang telah ditaklukkan), penjualan budak, bea cukai, dan perdagangan di kawasan trans-Sahara.  Banyak barang yang menjadi produk unggulan Kanem Bornu, di antaranya, kapas, gading, kacang kola, natron (sodium karbonat), bulu burung unta, parfum, lilin, dan aneka kulit binatang. Namun, dari semua mata dagangan itu, yang memberi penghasilan terbanyak adalah budak.

Sebagai sebuah negara, Kanem Bornu juga mengimpor sejumlah produk dari negara lain, di antaranya, garam, kuda, sutra, kaca, senapan, dan tembaga.

Aluma adalah sosok pemimpin yang sangat memperhatikan masalah ekonomi dan perdagangan. Demi memperlancar geliat perekonomian dan perdagangan, ia membangun jalan raya, mendesain kapal-kapal yang lebih baik, dan membuka lahan-lahan pertanian baru. Ia juga melakukan sejumlah upaya agar negerinya menjadi wilayah transit yang aman bagi para pengelana atau kafilah. Berkat keamanan itu, ia mengibaratkan, seorang wanita berbusana emas pun akan aman berjalan sendirian di Kanem Bornu.

Masa kejayaan Aluma di bidang pemerintahan dan militer berlangsung hingga pertengahan abad ke-17. Setelah itu, pamor kerajaan ini meredup. Pada akhir abad ke-18, bentangan wilayah kekuasaan Kanem Bornu hanya tersisa ke arah barat, yakni ke wilayah yang banyak dihuni suku Hausa. Celakanya, pada masa itu, para pejuang dari suku Fulani melancarkan serangan dari arah barat dan mampu menjebol pertahanan Kanem Bornu.

Pada awal abad ke-19, Kanem Bornu semakin lemah. Bahkan, pada 1808, para pejuang Fulani berhasil menduduki Ngazargamu, ibu kota Kanem Bornu.

Riwayat Bornu pun berakhir ketika pada 1893 ketika ditaklukkan pasukan Kekaisaran Quaddai di bawah pimpinan Rabih az-Zubary. Hanya tujuh tahun pasukan az-Zubary berkuasa, sebelum akhirnya pasukan Prancis datang dan menggilasnya.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement