Senin 26 Feb 2018 11:31 WIB

Seni Kaligrafi Utsmaniyah Bertahan Lima Abad

Dalam perkembangannya, muncul gaya-gaya seni kaligrafi lain.

Era Dinasti Ottoman.
Foto: Aksitarih.com
Era Dinasti Ottoman.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berawal dari masa kejayaan Syekh Hamdullah, kaligrafi Turki Utsmani terus bertahan dalam rentang waktu yang panjang, yakni lima abad. Kaligrafi Turki Utsmani mencapai titik keemasannya pada abad ke-19 dan 20.

Meski Syekh Hamdullah dipuja sebagai bapak kaligrafi Turki, namun ranah kaligrafi di negeri itu tak melulu tampil dengan gaya Hamdullah. Dalam perkembangannya, muncul gaya-gaya lain.

Di antaranya, gaya jeli, syikastah, syikastah-amiz, diwani, dan diwani jali. Syikastah (bentuk patah) adalah biasanya digunakan untuk keperluan praktis.

(Baca: Di Era Utsmaniyah, Seni Kaligrafi Mendapat Tempat Terhormat)

Sementara gaya diwani dikembangkan oleh Ibrahim Munif pada akhir abad ke-15. Gaya ini didominasi oleh garis-garis melengkung dan bersusun. Belakangan, gaya diwani dikembangkan lagi dan lahirlah gaya diwani baru.

Gaya diwani baru itu disebut juga dengan diwani jali atau humayuni (kerajaan). Gaya ini dikembangkan sepenuhnya oleh Hafidz Usman dan murid-muridnya.

(Baca: Mengenal Sosok Kaligrafer Jenis Utsmaniyah)

Ketika Sultan Bayezid II wafat, kejayaan Syekh Hamdullah pun meredup. Kaligrafer yang sepanjang hayatnya telah menulis 47 salinan Alquran itu pun memutuskan angkat kaki dari Istanbul dan pulang ke kota asalnya di Anatolia Utara, Turki bagian barat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement