Ahad 11 Feb 2018 06:07 WIB

Syiar Islam di Eropa Setelah Jatuhnya Konstantinopel

Beberapa wilayah Eropa pernah menjadi bagian dari imperium Islam terbesar.

Lukisan kota Konstantinopel saat dibangung Kaisar Konstantin
Foto: smithsonianmag.com
Lukisan kota Konstantinopel saat dibangung Kaisar Konstantin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Jika Kekhalifahan Umayyah pernah menorehkan peradaban di Eropa selatan, pada era yang lebih maju, Turki Utsmani (Ottoman) pun melakukan hal sama di Eropa Tenggara dan Tengah.

Beberapa wilayah Eropa menjadi bagian dari imperium Islam terbesar sepanjang masa itu. Hanya, tak banyak pengaruh budaya Islam yang dibawa ke Eropa, kecuali di wilayah Konstantinopel yang saat ini merupakan negara Turki.

Salah satu pembukaan Islam (fath al-Islam) terbesar sepanjang sejarah, yakni pembukaan Konstantinopel. Sejak itu, Turki Utsmani mulai merambah ke Benua Eropa. Pada abad ke-16, Hungaria jatuh ke tangan Turki Utsmani. Menyusul kemudian, Albania, Bulgaria, Serbia, Makedonia, Rumania, Bosnia, hingga Yunani. Seabad setelahnya, sebagian besar Balkan sudah tunduk. 

Dengan kekuasaan Turki Utsmani di beberapa wilayah Eropa, menjadi jalur migrasi Muslimin ke Benua Biru tersebut. Tak heran jika wilayah-wilayah tersebut dihuni banyak Muslim hingga kini. Bulgaria, misalnya. Hingga 1878, negara kecil tersebut berada di bawah kepemimpinan Turki Utsmani.

Saat ini, populasi Muslim di sana lebih dari 130 ribu. Hal serupa juga terjadi di Bosnia, Albania, dan Kosovo. Albania bahkan saat ini memiliki populasi mayoritas Muslim, padahal sebelumnya negara ini menganut Katolik Roma dan Kristen.

Jika dihitung secara umum, wilayah Eropa yang memiliki banyak populasi Muslim, yakni Eropa Timur dan Tengah. Sementara, di Eropa Barat, sebagian besar Muslim merupakan imigran yang relatif baru atau anak-anak para imigran dari Turki, Afrika Utara, dan Asia Selatan. 

Adapun di Albania, Kosovo, Bosnia-Herzegovina, dan Bulgaria, Muslimin telah lama berada di sana sejak masa Turki Utsmani. Sehingga, Muslimin di negara-negara tersebut sebagian besar lahir di sana atau merupakan penduduk asli. Negara-negara yang pernah dijajaki Islam tersebut tak banyak memiliki populasi Muslim yang besar.

Namun, sebagian negara memiliki Muslim sebagai etnis mayoritas. Beberapa negara yang memiliki konsentrasi tinggi Muslim tersebut, yakni Kosovo dengan 90 persen populasinya merupakan Muslim, Albania dengan 80 persen populasinya merupakan Muslim, Bosnia-Herzegovina 40 persen, dan Republik Makedonia memiliki 33 persen. Adapun Yunani hanya sekitar tiga persen Muslim, sementara Spanyol hanya sekitar satu persen Muslim. 

Sedangkan, jumlah Muslimin terbanyak Eropa berada di negara Jerman, yakni sebanyak empat juta. Angka tersebut cukup fantastis karena jumlahnya lebih besar dari Muslim Lebanon dan termasuk 10 besar negara dengan jumlah Muslim terbanyak. Padahal, Jerman bukanlah wilayah yang pernah terjamah kekhalifahan Islam. 

Mantan presiden Jerman Christian Wulff pernah mengatakan, pada 2010, Islam, seperti halnya Kristen, merupakan bagian dari Jerman. Ucapan sang presiden sempat menjadi kontroversi di Jerman. Perdebatan Islam di Jerman pun sempat mencuat.

Kemudian, Presiden Joachim Gauck mengatakan pada tahun lalu ia tidak mendukung pernyataan Wulff, tetapi menghormatinya. “Yang benar adalah banyak Muslim yang tinggal di negara ini. Apa yang akan saya katakan adalah Muslim yang hidup di sini merupakan bagian dari Jerman,” kata Gauck dalam sebuah wawancara dengan majalah Jerman Die Zeit dikutip dari Hurriyet Daily.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement