Jumat 08 Dec 2017 06:15 WIB

Anestesi yang Dikembangkan Kedokteran Islam Sangat Unik

Rep: hri/dessy susilawati/ Red: Agung Sasongko
Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).
Foto: wordpress.com
Praktik kedokteran Islam tempo dulu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Canon of Medicine, dokter Muslim legendaris Ibnu Sina telah mengungkapkan penggunaan anestesi. Dokter kelahiran Afshana, Bukhara, tahun 980 M itu telah mempersiapkan minuman campuran mandagora (tanamaman mandrak) dan obat tidur. Tanaman lainnya yang digunakan untuk anestesi saat operasi pembedahan, antara lain, hashish, opium poppies, shweikran, bhang, dan hyoscyamus.

Prof Mohamad S Takrouri dari Departemen Anestesi Universitas King Khalid Riyadh mengatakan, anestesi yang dikembangkan kedokteran Islam sangat unik. ''Benar-benar mampu menghilangkan rasa sakit pada pasien yang akan dioperasi,'' paparnya. Anestesi dalam dunia Islam, imbuh Prof Takrouri, jauh berbeda bila dibandingkan yang dikembangkan peradaban India, Yunani, dan Romawi.

''Anestesi dari ketiga peradaban itu tak membantu menghilangkan rasa sakit,'' imbuh Takrouri. Ia mengungkapkan, salah satu bentuk anestesi asli yang dikembangkan peradaban Islam adalah 'spon obat tidur' (soporific sponge). Teknik tersebut, papar, Prof Takrouri, tak dikenal dalam peradaban sebelum Islam.

Spon obat tidur itu terbuat dari campuran hashish, papver, dan hyocymine. ''Campuran itu lalu dikeringkan di bawah sinar matahari,'' ujar Prof Takrouri. Ketika akan digunakan, campuran itu kemudian dilembabkan dan ditempatkan di hidung pasien yang akan menjalani operasi. Seketika pasien akan tertidur dan tak akan merasakan sakitnya operasi.

 

Teknik anestesi seperti ini baru dikenal kedokteran Barat--terutama Eropa--pada abad ke-18 M. Dunia kedokteran Barat kemudian mengembangkan anestesi inhalational modern pada abad ke-19. Penemuan itu telah dipengaruhi oleh karya-karya dokter Muslim yang beredar dan diajarkan di universitas-universitas Barat. ''Dasar-dasar anestesi melalui pernapasan berasal dari Islam,'' kata Prof Takrouri menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement