Kamis 07 Dec 2017 19:45 WIB

Observatorium Astronomi di Era Tamadun Islam

Rep: hri/ Red: Agung Sasongko
 Sisa kemegahan Observatorium Ulugh Beg
Foto: en.wikipedia.org
Sisa kemegahan Observatorium Ulugh Beg

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah kekuasaan Abbasiyah meredup, upaya pengamatan fenomena langit dilanjutkan para astronom di bawah kekuasaan Dinasti Buwaih. Tahun 950 M, dinasti ini membangun observatorium dan melengkapinya dengan peralatan tercanggih di zamannya. Observatorium Dinasti Buwaih telah melahirkan astronom Muslim terkemuka seperti Ibnu Al-Alam dan Abd Al-Rahman Al-Sufi - astronom termasyhur.

Al-Sufi berhasil merevisi katalog bintang Ptolemeus di observatorium yang didukung Pangeran Adud Al-Dawla - penguasa Buwaih. Pada tahun 994 M, Abu-Mahmud Al-Khujandi juga berhasil membangun sebuah observatorium di Ray, Iran yang terkenal dengan sektan dindingnya yang besar. Sharaf al-Daula juga tercatat sebagai penguasa Buwaih yang mendirikan observatorium di Kota Baghdad.

Sejarawan Ibnu Yunus dan Al-Zarqali dalam catatannya mengungkapkan, observatorium juga dibangun peradaban Islam di Toledo serta Cordoba. Observatorium yang dibangun di bawah kekuasaan Dinasti Umayyah Spanyol itu diyakini keduanya telah menggunakan peralatan astronomi yang tercanggih di zamannya.

Memasuki abad ke-11 M, penguasa Dinasti Seljuk, Sultan Malik Shah I (berkuasa 1072-1092) juga membangun sebuah observatorium yang lebih maju. Sayangnya, observatorium itu tak bertahan lama, hanya digunakan selama 20 tahun. Dua abad kemudian, astronom Islam kembali berhasil membangun fasilitas pengamatan yang sangat mengesankan, yakni Observatorium Maragha.

Observatorium itu dibangun oleh astronom Muslim termasyhur Nasiruddin Al-Tusi pada abad ke-13 M. Pusat penelitian fenomena langit itu dilengkapi perpustakaan dengan koleksi buku mencapai 400 ribu judul. Observatorium Maragha juga telah melahirkan sejumlah astronom terkemuka seperti, QuIb al-Din al-Shirazy, Mu'ayyid al-Din al-Urdy, Muiyi al-Din al-Maghriby, dan banyak lagi.

Al-Tusi dan timnya yang profesional berhasil menyusun hasil penelitiannya dalam sebuah buku berjudul The Zij-i Ilkhani. Terinspirasi pencapaian Al-Tusi, penguasa Muslim yang cinta astronomi bernama Ulugh Beg pada tahun 1420 M juga mendirikan Observatorium di Samarkand.

Ahli astronomi Barat, Kevin Krisciunas dalam tulisannya berjudul The Legacy of Ulugh Beg mengungkapkan, observatorium termegah yang dibangun sarjana Muslim adalah Ulugh Beg. Observatorium itu dibangun seorang penguasa keturunan Mongol yang bertahta di Samarkand bernama Muhammad Taragai Ulugh Beg (1393-1449). Dia adalah seorang pejabat yang menaruh perhatian terhadap astronomi.

Saat Kekhalifahan Turki Usmani berkuasa, dunia Islam kembali berhasil membangun sebuah observatorium astronomi baru di Istanbul. Observatorium itu dibangun Taqi al-Din bin Ma'ruf pada tahun 1577. Pusat pengamatan fenomena langit itu hampir sama besarnya dengan observatorium di Maragha dan Samarkand. Pembangunan observatorium yang didukung Sultan Murad III itu tak bertahan lama.

Observatorium astronomi Islam juga dibangun pada era kekuasaan Dinasti Mughal di India. Humayun, penguasa dinasti itu membangun observatorium pribadi di New Delhi. Sedangkan, Jahangir dan Shah Jahan juga bermaksud membangun observatorium, namun rencana itu tak terwujud.

 

Observatorium terakhir dibangun peradaban Islam India tahun 1724. Penguasa Mughal membangun observatorium di Delhi, Jaipur, Ujjain dan kota-kota lainnya di India. Di era modern, dunia Islam juga masih membangun observatorium yang canggih. Pusat pengamatan langit dan fenomena luar angkasa itu terdapat di Yordania, Palestina, Lebanon, Uni Emirat Arab, Tunisi dan negara-negara Arab lainnya.

 

Negara Muslim yang juga memiliki fasilitas observatorium yang lengkap adalah Iran. Observatorium itu berada di Universitas Shiraz dan Universitas Tabriz. Tahun 2005 lalu, Negeri Para Mullah itu sempat mencanangkan pembangunan observatorium berkelas dunia dengan dilengkapi teleskop 2,0 meter.

 

Dunia astronomi modern berutang budi kepada para penguasa dan astronom Islam yang telah mengembangkan observatorium. Berkat pengamatan yang mereka lakukan, rahasia langit pun telah terkuak. Inilah sumbangan nyata peradaban Islam bagi pengembangan astronomi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement