Selasa 10 Oct 2017 18:15 WIB

Ibnu Sina Pengaruh yang tak Terelakan

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Ilmuwan Muslim (ilustrasi).
Foto: blogspot.com
Ilmuwan Muslim (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak paruh kedua abad ke-12 saat Canon karya Ibnu Sina diterjemahkan ke bahasa Latin di Toledo, Spanyol, atmosfer kedokteran Barat segera didominasi karya Ibnu Sina. Bukubuku Ibnu Sina jadi marak diterjemahkan dalam berbagai bahasa, ratusan riset saintifik juga didasarkan pada karyanya. Pamor karya Ibnu Sina di Barat mencapai puncaknya saat ia dinobatkan sebagai Emir Kedokteran dan Canon jadi rujukan utama ilmu kedokteran.

Selama berabad-abad di Barat, salah satu standar kemahiran yang harus dipunyai seorang dokter adalah standar pengobatan Ibnu Sina. Meski gerakan anti-Arab dan Islam mulai muncul pada abad ke-16 di sebagian negara Eropa dan tokoh-tokoh, seperti Davinchi dan Paracelsus menentang metode pengobatan Ibnu Sina, ada karisma Ibnu Sina yang tak pernah luntur di Barat. Bahkan, pengaruh Ibnu Sina masih terasa hingga pertengahan abad 20 di Belgia.

Bahkan, hingga pertengahan abad 20, khususnya di Uni Soviet, beberapa subjek, seperti fisiologi, diagnosis penyakit dalam, dan farmakologi masih didasarkan pada metode yang dikembangkan Ibnu Sina. Amat penting dan kuatnya pengaruh Ibnu Sina dalam sejarah kedokteran di Barat membuat buah pemikiran ilmuwan Muslim dimasukkan dalam kurikulum fakultas kedokteran prestisius di Eropa. Hal itu berlangsung selama empat ratusan tahun antara abad ke-13 hingga 17.

Pada abad ke-13, Universitas Bologna di Italia menjadi yang pertama kali menggunakan Canon sebagai buku formal pendidikan kedokteran di sana. Universitas Eropa lain yang melakukan hal yang sama dalam pendidikan mereka adalah Universitas Leuven di Belgia, Montpellier di Prancis, dan Krakow di Polandia.

Saat Fakultas Kedokteran Univer sitas Krakow berdiri sendiri pada abad ke-14, karya-karya Ibnu Sina jadi basis pendidikan. Bahkan, pada 1536, pihak fakultas secara formal mengesahkan kurikulum yang mewajibkan maha siswa kedokteran untuk mempelajari buku pertama dan keempat Canon dalam studi teori dan praktik.

Terjemahan Canon dalam berbagai bahasa di Eropa dan seringnya buku ini dicetak ulang menjadi sinyal kebutuhan yang besar akan ilmu pengobatan yang dikembangkan Ibnu Sina. Canon pertama kali diterjemahkan oleh Gerard de Cremona ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12. Setelah itu, pada awal abad ke-16, seorang dokter dan orientalis Andrea Alpago mengoreksi dan mengedit kembali terjemahan Canon yang dibuat Gerard.

Terjemahan Canon dalam bahasa Latin yang masih dilengkapi naskah asli bahasa Arabnya dicetak dan diterbitkan 40 kali di Eropa, termasuk di Milan (1473 M), Padua (1476), Venesia (1482, 1507, 1544, 1591, 1708) dan Roma (1593). Selain itu, Canon dalam versi bahasa Latin pernah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Eropa, seperti Rusia, Polandia, Jerman, dan Inggris. Sementara Canon dalam bahasa Ibrani diterbitkan di Napoli pada 1941.

Canon bisa jadi merupakan adikarya Ibnu Sina. Namun di samping Canon, buku-buku lain karya Ibnu Sina juga tak kalah berpengaruh bagi dunia Barat. Al-Urjuza fi al-Tibb yang meru pakan rangkuman tulisan Ibnu Sina dalam bentuk puisi, termasuk 1.326 kuplet, juga diterjemahkan Gerard ke dalam bahasa Latin. Buku ini diter bitkan enam kali di Eropa antara abad ke-15 hingga 17.

Cetakan pertama buku ini dipublikasikan di Venesia pada 1485. Terjemahan dalam bahasa Prancis yang disertai naskah bahasa Arabnya dipublikasikan pada 1956. Buku Ibnu Sina tentang pengobat an ginjal diterjemahkan Andrea Alpago ke dalam bahasa Latin pada 1547 di Venesia. Buku pengobatan jantung berjudul Medicamenta Cordialis diterjemahkan oleh Arnold of Villanova dan terbit pada 1482.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement