Kamis 21 Sep 2017 12:20 WIB

Arifin C Noer: Berapapun Uangnya Ibu Tien tak Bakal Bisa Bayar Aku!

 Arifin C Noer
Foto:
Sahabat Arifin C Noer, Hidayat LPD.

Menurut Hidayat, baik Arifin selaku sutradara dan pihak PFN yang saat itu diketuai G Dwipayana, terdapat suatu perjanjian tertulis yang isinya pihak PFN tidak bisa mengintervensi kemandirian sutradara.’’Jangan kira aku mau dibelokin macam-macam,’’ begitu kata Hidayat menirukan kembali pernyataan Arfin ketika menyanggupi membuat film tersebut.

‘’Siapa pun yang melakukan kerja sama dengan PFN, termasuk saya dan juga Arifin C Noer, pasti ada perjanjan tertulis. Saya jadi saksinya itu,’’ ujarnya lagi.

Apakah benar Arifin sosok yang sombong? Hidayat mengatakan Arifin bersikap sombong atau tak mau kompromi ketika menyangkut soal idealismenya. ‘’Dan ‘sombong’ sebagai akibat punya kepercayaan diri yang tinggi  itu dimiliki semua seniman besar Indonesia yang saya kenal.”

‘’Seniman itu kalau lagi berkarya memang sngt egois. Mereka tidak perduli pada setan belang. Konsentrasi pada karya 100 persen. Lihat saya, sahabat saya  penyair legendaris Sutardj Calzoum Bahri, bahkan terang-terangan mengaku  sejak lahir sudah sombong. Sombong pada keyakinan idealismenya. Seniman itu sekaligus gelisah mencari pembaharuan,’’ kata Hidayat.

Hal yang sama, juga terjadi pada Arifin. ‘’Jangan tanya angkuhnya dia. Saya pernah hidup seatap dengan dia, WS Rendra. Sardono. dan berbagai seniman legendaris lainnya. Dan buat saya Arifin paling sombong.Katanya, berapapun Ibu Tien bayar aku, ide filmku tak bisa berubah. Begtu ketika saya bertanya: Pin konon ide filmmu mau dibelokin sama ibu Tien. Jawabnya dia, Ibu Tien tak bakal bisa beli aku! Jadi Arifin membuat film itu memang atas keyakinan dirinya, bukan memenuhi pesanan pihak lain," tukas Hidayat.

Menyinggung soal isi diskusi di ILC yang diantaranya menyoal soal Film Pengkhiantan G30s PKI, Hidayat mengatakan banyak hal yang lucu.

“Kalo tuduhan Sukmawati, Bedjo Untung dan lain-lainnya, itu tuduhan politis dari orang yang tak pernah.kenal dunia kreatif. Jadi kalau  Presiden Jokowi mau  bikin film vers baru  ya itu tindakan konyol . Hal yang juga ketika ingin membuat sejarah versi baru mengenai G30S PKI. Ya bagi saya lucu saja dan untuk apa ditanggapi sebab hanya bikin mules dan males saja,’’ ujarnya.

Seharusnya, lanjut Hidayat, sosok seperti Arifin dan para seniman dan pelaku kreatif lainnya diberi apresiasi yang besar dari negara.

’’Mengapa negeri ini terpuruk? Salah satu jawabannya karena selama ini penguasa  sangat tidak perduli pada seniman kreatif. Dan pembiaran itu dari dulu tampaknya  disengaja. Apa tujuannya, supaya bangsa ini tetap tak pintar. Sebab, kadang memang jadi orang tak pintar itu terasa enak. Di situlah saya bangga dengan Arifin yang idealis dan berintegritas,’’ tandas Hidayat yang juga mantan aktivis Lembaga Seni Budaya Mahasiwa Islam yang saat itu diketuai cendikiawan  Nurcholish Madjid.

Dalam bidang film, karya Arifin C Noer banyak mendapat penghargaan. Film perdananya adalah 'Suci Sang Primadona'. Salah satu film Arifin yang laris sekaligus mendapat banyak Plala Citra di awal tahun 1990-an adalah 'Taksi' yang dibintangi Rano Karno dan Meriam Belina. Di film inilah Rano meraih Piala Citra pertamanya sebagai aktor pemeran utama terbaik pria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement