Selasa 18 Jul 2017 18:00 WIB

Tudingan Setan dan Kitab Ashif

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Agama Kuil Setan (ilustrasi)
Foto: thesatanictemple.com
Agama Kuil Setan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apa dan bagaimana kitab 'Ashif itu? Semua bermula sejak zaman Nabi Sulaiman AS. Ibnu Katsir mengutip keterangan Ibnu Abi Hatim yang diperoleh dari Ibnu 'Abbas,'Ashif adalah juru tulis Nabi Sulaiman. Dia mengetahui Ismu al-a'zham (nama yang paling agung). Dia mencatat segala sesuatu atas perintah Nabi Sulaiman, lalu menguburnya di bawah singgasananya.

Setelah Nabi Sulaiman wafat, setan-setan mengeluarkan tulisan-tulisan itu kembali dan mereka mengatakan, 'Inilah kitab pedoman yang diamalkan Sulaiman'.

Setan-setan itu menuding Nabi Sulaiman telah mempelajari dan melakukan sihir, sebagaimana tulisan-tulisan yang dikubur itu. Ibnu 'Abbas melanjutkan riwayat ini,Sehingga orang-orang yang bodoh mengingkari Nabi Sulaiman dan mencacinya, sedangkan para ulama diam, sehingga orang-orang bodoh itu masih terus mencaci Nabi Sulaiman hingga Allah menurunkan ayat (surah al-Baqarah ayat 102) kepada Nabi Muhammad.

Ayat itu berbunyi,Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setanlah yang kafir (mengerjakan sihir).

Definisi kitab 'Ashif, dengan demikian, lebih sebagai tulisan-tulisan sihir yang telah dikubur, bukan ditulis atau dikarang, 'Ashif atas perintah Nabi Sulaiman. Tuduhan kaum musyrik bahwa Nabi Sulaiman mengerjakan sihir pun terbantahkan. Lebih lanjut, Ibnu Katsir mengutip pandangan beberapa pihak yang menegaskan, praktik-praktik sihir sudah ada jauh sebelum masa kenabian Sulaiman.

Setidaknya, tukang sihir sudah marak di lingkaran kekuasaan sejak era Nabi Musa. Kita tahu adanya sejumlah ayat Alquran yang mengisahkan keimanan mereka setelah menyaksikan mukjizat tongkat Nabi Musa. Di ayat lain, Alquran juga menyebut kaum durhaka yang menuding Nabi Saleh sebagai pengikut sihir.

Masih mengenai Alquran surah al-Baqarah ayat 102, Ibnu Katsir melanjut kan penjelasannya. Di sana, Allah ber firman,

Mereka (setan-setan) mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: 'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir'.Menurut Ibnu 'Abbas, Allah tidak menurunkan sihir kepada Harut dan Marut. Ibnu Katsir juga mengutip elaborasi dari Ibnu Jarir yang menafsirkan ayat ter sebut sebagai berikut.Nabi Sulaiman ti dak kafir. Dan Allah tidak menurunkan si hir kepada kedua malaikat tersebut tetapi setan-setan itu yang kafir. Mereka (setan-setan) mengajarkan sihir kepada manusia di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut. 

Dengan demikian, makna ma laikat itu adalah Jibril dan Mikail karena para pe nyihir dari kalangan orang-orang Yahudi menganggap bahwa Allah telah menurun kan sihir melalui lisan Jibril dan Mikail ke pada Nabi Sulaiman bin Daud. Maka Allah pun mendustakan mereka dalam hal itu. Dan Dia memberitahukan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa Jibril dan Mikail tidak pernah turun dengan membawa sihir. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement