Sabtu 13 May 2017 20:23 WIB

Kerajinan Logam Peradaban Islam Berpusat di Iran

Peta Khurasan
Foto: hamzajennings.com
Peta Khurasan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pada masa itu, wilayah Khurasan yang terletak di timur Iran adalah lokasi industri logam terbesar. Perajin di sini tersohor karena karya-karyanya yang luar biasa. Tidak mengherankan bila wilayah ini dijuluki sebagai pusat kreativitas.

Barang-barang yang dihasilkan bernilai tinggi serta sulit dicari tandingannya. Mereka menguasai beragam inovasi teknik, mampu membuat bentuk yang tidak biasa, sampai motif yang sangat indah sehingga banyak diikuti oleh perajin dari wilayah lain.

 

Di saat bersamaan, masih menurut Jonathan Bloom dan Sheila Blair, produksi barang logam di Suriah serta Mesir justru menurun. Tapi muncul pusat penghasil kerajinan logam di Iran yang berhasil membuat barang-barang bermutu,” papar kedua sejarawan itu.

Produksi kerajinan perak, emas, kuningan, dan sebagainya dijual di seantero wilayah Islam. Sebagian lagi dibawa ke Andalusia, Rusia, hingga India. Dari sumber-sumber historis diketahui, proses manufaktur dilakukan di Kota Herat, Tabriz, Nishapur, Ghazna, dan Merv.

Herat terkenal dengan kerajinan vas bunga dari perak. Keistimewaan ini hanya bisa disamai oleh produksi barang serupa asal Azerbaijan maupun Anatolia. Sejarawan dan penjelajah Muslim Ibnu Batuta menyatakan, perajin dari Kota Tabriz sangat disegani karena kreasi ukiran peralatan makan minum dan tempat lilin yang sangat indah.

Produksi dilakukan secara massal. Namun, ada pula yang berupa pesanan, khususnya terhadap barang yang terbuat dari bahan mahal dan membutuhkan teknik tinggi. Tak jarang dikerjakan oleh dua atau lebih perajin terkemuka.

Ibnu Batuta menceritakan, sebuah mahakarya berupa jambangan emas dengan dekorasi menawan pernah dipesan oleh seorang saudagar kaya raya bernama Rukn ad-Din Rashid ad-Din ‘Azizi pada 1206. Perajinnya adalah Hajib Mas’ud ibn Ahmad.

Para perajin biasanya memperoleh keahlian secara otodidak atau juga karena bakat yang diturunkan dari keluarga. Namun, seiring perkembangan industri sejak abad sembilan, dibutuhkan sumber daya manusia yang lebih banyak dan terampil.

Karena itu, untuk kali pertama dibuka tempat pelatihan perajin logam, tepatnya di Kota Fars, Iran bagian selatan, pada abad 14. Pusat pelatihan ini dengan cepat meraih popularitas. Banyak muridnya yang berasal dari kawasan di luar Iran untuk memperdalam keterampilan.

Dari amatan Rachel Ward, salah satu warisan terbesar industri logam di dunia Islam adalah pengenalan teknik pembubuhan pada permukaan logam. Bidang ini untuk kali pertama mengemuka pada abad 12 hingga 16.

Teknik ini berhasil mengubah barang logam dari sesuatu yang biasa saja menjadi luar biasa dan berharga mahal. Vas atau jambangan berbahan aluminium dibubuhi aneka hiasan dan motif yang terbuat dari larutan emas dan perak,” ungkap Rachel dalam bukunya Islamic Metalworks.

Saat itu, para perajin Muslim berhasil menciptakan terobosan sehingga larutan emas tadi bisa menempel secara kuat di atas permukaan logam. Menurut sejarawan sains ini, teknik tersebut berkembang luas di pabrik-pabrik logam di Afganistan, Iran, serta Andalusia.

Ilmuwan Muslim legendaris, al Jazari, mengungkap metode dekorasi lain yang dimiliki umat Muslim. Metode itu adalah membuat ukiran dari bagian dalam barang logam. Ini berkebalikan dengan metode yang dikenal sebelumnya, yakni ukiran dibuat dari bagian luar barang logam.

Nantinya ukiran akan tampak menonjol di atas permukaan logam. Setelah itu bisa diberi warna-warni agar lebih menarik perhatian,” kata al Jazari. 

Hingga kini, sebagian karya logam para perajin Muslim itu masih disimpan di sejumlah museum di dunia. Karya-karya indah itu menjadi simbol kegemilangan peradaban Islam abad pertengahan.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement