Rabu 19 Apr 2017 15:00 WIB

Masjid di Korea Selatan Selalu Dipenuhi Jamaah

Sejumlah turis Muslim asal Indonesia berpose di depan salah satu masjid di Korea Selatan.
Foto: Dok pribadi
Sejumlah turis Muslim asal Indonesia berpose di depan salah satu masjid di Korea Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti juga masyarakat Muslim di seantero dunia, Muslim di Korea Selatan meyakini bahwa bulan Ramadhan adalah bulan terbaik untuk memenuhi masjid setiap hari. Berdoa di sana dan membaca Alquran.

Setiap sore, seusai melakukan buka puasa, masjid yang terletak di jantung Kota Seoul didatangi ratusan jamaah dari segala tingkatan umur. Baik warga Korea maupun orang asing yang tinggal di Korea Selatan.

Zain (38), seorang Muslim asal Pakistan, mendatangi masjid dengan pakaian yang baru dibelinya di toko pakaian yang terletak di kawasan Itaewon. Sementara Seid Isadram (30) asal Maroko, seorang pekerja di Propinsi Gyeonggi, sengaja datang ke masjid untuk shalat dan berdoa meskipun ia harus menempuh perjalanan selama lebih kurang satu setengah jam dari tempat tinggalnya.

Jamaah memenuhi masjid dan kadang meluber hingga ke jalan raya. Mereka dengan sangat antusias menjawab salam dari jamaah lain yang mengucapkan ''Assalamualaikum''. Para wanitanya juga tak mau kalah. Dengan berjilbab mereka datang memenuhi masjid. Kadang membawa anak yang kemudian dibiarkan bermain di sebuah tempat bermain anak di halaman masjid.

Bagi sebagian penduduk non-Muslim Korea yang menyaksikan umat Islam melaksanakan puasa memang masih sulit dicerna oleh akal dan pikiran. "Teman saya kadang menanyakan mengapa saya tidak makan dan minum sepanjang hari. Saya hanya mengatakan saya sedang diet,'' kata Ahn Tae-hwan, seorang murid SMP.

Lain halnya dengan pengalaman Sung Ju-young. Ia mengaku kadang bingung untuk menerangkan dan membuat temannya memahami mengapa ia tidak memakan daging babi dan meminum minuman keras. Sebagian teman lainnya menduga larangan memakan daging babi dan meminum alkohol hanya untuk mencegah alergi.

Ali Ahmade (31), mahasiswa asal Mesir yang kuliah di Seoul National University, mengatakan, banyak warga Korea yang belum memahami secara luas apa itu Islam. ''Banyak orang Korea yang memandang negatif Islam karena banyaknya pemberitaan tentang terorisme yang mereka pikir identik dengan perilaku Islam,'' katanya.

Lee Ju-hwa, Sekretaris Jenderal KMF mengatakan, warga Korea hendaknya tidak memandang Islam secara prejudice. Muslim di sini merupakan bagian dari masyarakat Korea yang hidup dan bekerja di sini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement