Selasa 14 Mar 2017 17:30 WIB

Ini Pembeda Seni Kaligrafi Setiap Peradaban

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Seniman Kaligrafi asal Cina, Abu Bakar Chang
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Seniman Kaligrafi asal Cina, Abu Bakar Chang

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Edoardo Fazzioli dalam bukunya yang berjudul Chinese calligraphy: from pictograph to ideogram : the history of 214 essential Chinese/Japanese characters menyebutkan, sekitar 220 SM Kaisar Qin Shi Huang melakukan reformasi dengan menciptakan lebih dari 3.000 karakter kaligrafi Xiaozhuan. Salah satu gaya kaligrafi yang dikeluarkan oleh Qin Shi Huang adalah Lishu.

Dilansir dari Chinaculture.org dijelaskan masing-masing kerajaan memiliki gaya seni kaligrafi yang berbeda. Seni kaligrafi terus berkembang pada masa tiap-tiap kerajaan. Munculnya Wang Xizhi, kaligrafi terbesar sepanjang masa, merupakan fenomena dan pencapaian artistik yang sangat dihargai, bahkan sampai Dinasti Tang.

Adapun pada masa peradaban Yunani kuno, seni kaligrafi telah ada pada 1400-1200 SM. Orang-orang Yunani adalah orang Eropa pertama yang belajar menulis dengan alfabet. Dan, dari mereka menulis abjad menyebar ke seluruh Eropa, akhirnya mengarah ke semua huruf Eropa modern.

Donald Anderson dalam tulisannya yang berjudul Caligraphy menyebutkan, tulisan Yunani tertua ditemukan di Knossos, Pylos, dan Mycenae (1400-1200 SM). Tulisan ini ditemukan dalam prasasti yang tergores pada kendi yang diberikan sebagai hadiah di Athena.

Archilochus (abad ketujuh SM) merupakan sosok yang memiliki komitmen untuk menulis. Tapi, ia tidak memiliki alat untuk menulis. Sekitar 350 SM goresan pada tembikar atau logam yang sengaja dipotong menggunakan perunggu atau marmer dilukis di vas. Ini merupakan satu-satunya bukti langsung yang ditemukan terkait cara orang-orang Yunani menulis.

Alat utama yang dugunkan untuk menulis pada masa ini, yaitu tablet lilin. Lilin ditorehkan di atas permukaan kulit atau velum. Selain itu, permukaan yang digunakan untuk menulis, yakni papirus yang ditulis dengan menggunakan pena. potongan Patah tembikar, timah, kayu, bahkan kain juga sering digunakan sebagai permukaan untuk menulis.

Namun, untuk beberapa jenis surat sering kali dipengaruhi oleh hambatan dari bahan dan alat-alat tulis. Hal ini sangat mungkin terjadi pada masa ini. Akhirnya, penggunaan pena buluh keras yang ujungnya dipotong menjadi pena (yang harus terus menerus diasah) merupakan penemuan dari Yunani.

Sampai sekitar 300 SM, tinta yang biasanya terbuat dari serbuk karbon seperti jelaga, dicampur dengan getah Arab dan air atau dikenal dengan tinta karbon digantikan oleh tinta besi empedu yang terbuat dari campuran asam tanat (terbuat dari kayu yang direndam dalam air), sulfat besi, dan getah Arab.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan adanya pergantian ke tinta besi empedu ini. Hal ini karena penggunaan alat ini lebih mudah dan lebih ekonomis. Tinta besi empedu memang memiliki kelemahan, yakni memiliki kecenderungan untuk memudar dan mengoksidasi dari waktu ke waktu. Itulah mengapa jejak teks asli dari bangsa Yunani kuno sering tampak samar-samar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement