Rabu 11 Jan 2017 18:30 WIB

Pada Era Dinasti Ming, Islam Berjaya di Cina

Rep: Sya/Fia/Hri/Berbagai sumber/ Red: Agung Sasongko
Porselen peninggalan Dinasti Ming
Foto: www.telegraph.co.uk
Porselen peninggalan Dinasti Ming

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masa kejayaan Islam di Cina terjadi pada masa Dinasti Ming (1368-1644 M). Dalam bahasa Cina, Ming berarti gilang-gemilang (Arab: munawwarah).

Dinasti Ming berdiri setelah berhasil menaklukkan Dinasti Yuan yang berkuasa sejak tahun 1279-1368 M. Pimpinan pemberontakan Dinasti Yuan dipimpin oleh Jenderal Kok Tze Hin, seorang panglima Muslim. Kok Tze Hin kemudian menyerahkan pimpinan pasukan revolusi kepada menantunya, Chu Yuan Chang (Emperor Chu). Ia berhasil merebut Kota Nanking beserta wilayah selatan Yang Tze King, dan bagian utara ibu kota Khanbalik, yakni Peking.

Pada dinasti Ming inilah, Islam berkembang sangat pesat di Cina. Umat Muslim pun mendominasi kegiatan ekspor dan impor. Kantor direktur pelayaran secara konstan dipegang oleh Muslim selama periode ini. Pada masa Dinasti Ming, umat Islam secara penuh berintegrasi (berbaur) dengan masyarakat Han. Sebagian di antara mereka mengadopsi nama Muslim. Termasuk, berbusana Muslim dan cara makan ala Islam.

Pada awal permulaan dari Dinasti Ming (1368-1644 M), Islam telah tumbuh di Cina selama 700 tahun. Sebelum masa ini, Muslim mempertahankan perbedaan--sebagai pihak asing di mana menunjukkan budaya, bahasa, dan tradisi yang berbeda dan tidak bisa terintegrasi secara penuh dengan masyarakan Han.

Namun, di bawah Dinasti Ming, Muslim terintegrasi secara penuh dengan masyarakat Han. Di antaranya, perubahan nama yang mulai menggunakan nama Islam kendati dalam bahasa Cina.

Kebanyakan Muslim yang menikahi perempuan Han mengikuti nama istrinya. Lainnya, menggunakan nama marga Cina seperti Mo, Mai, dan Mu yang diadposi para pemilik nama Muhammad, Mustafa, dan Masoud. Yang tidak bisa menemukan nama yang mirip dengan nama aslinya menggunakan nama yang digabungkan seperti Ha untuk Hasan, Hu untuk Husein, dan Sai untuk Said.

Begitu juga dengan nama Islam, orang Cina menyebutnya, Yisilan Jiabao, yang berarti 'agama yang murni'. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran 'Buddha Ma-hia-wu' (Nabi Muhammad SAW).

(Baca: Mengupas Sejarah Perkembangan Islam di Cina)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement