Kamis 08 Dec 2016 21:30 WIB

Dari Sisilia, Pengaruh Islam Menyebar Hingga ke Eropa

Muslim Italia
Muslim Italia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Islam mulai masuk ke Italia melalui pasukan Muslim yang berasal dari Afrika utara. Pada abad VIII, mereka pernah menginjakkan kaki di Pulau Sisilia dan menguasai nya. Pulau tersebut merupakan daerah paling selatan dari Italia. Saat itu, Italia masih kental dengan pengaruh Romawi dan Bizantium.

 

Penjelajahan pasukan Muslim itu tidak hanya berhenti di Pulau Sisilia. Pernah tercatat pasukan tersebut menguasai gereja Katolik terbesar di Roma, Santo Petrus. Ketika itu, gereja tersebut tidak diambil alih, namun berada di bawah kekuasaan pasukan Muslim.

(Baca: Dengan Pena dan Internet, Islam Bersemi di Italia)

Namun, pengaruh Islam memang paling kuat berada di Pulau Sisilia. Selama 200 tahun, pasukan Islam berkuasa di Sisilia. Bangunan dan benteng peninggalan pasukan Muslim di Italia masih berdiri dan sekarang menjadi tempat pariwisata.

 

Selama berada di bawah kekuasaan pasukan Muslim, Sisilia seoalah menjadi pintu masuk ilmu pengetahuan dunia Islam pada dunia barat. Islam banyak memberikan kontribusi bagi kebudayaan Eropa berupa seni, sastra, arsitektur, dan ilmu pengetahuan lainnya.

(Baca Juga: Muslim Italia Bangun Pusat-Pusat Kebudayaan Islam)

Islam juga hadir dan bahkan memengaruhi pemikiran bangsa Eropa di zaman renaisans yang bermula di negara ini. Sekitar abad XII,  Sisilia dianggap sebagai masyarakat majemuk yang paling toleran. Masyarakat dari Bizantium Yunani, Kristen Italia, hingga ulama Arab bisa hidup berdampingan dan saling bertoleransi.

Kondisi inilah yang memungkinkan terjadinya pertukaran budaya dan pengetahuan. Dari dunia medis, tersebutlah nama Constantine of Carthage yang berhasil menerjemahkan kitab-kitab medis  berbahasa Arab ke bahasa Latin. Pada abad XI, dia datang ke Italia dan mengajar di sekolah medis Salerno yang merupakan sekolah medis pertama di Eropa.

Ketika itu, dia membawa banyak kitab-kitab kesehatan, termasuk di antaranya kitab karya Ibnu Sina. Hasil terjemahannya terhadap kitab-kitab itu masih terus digunakan di sekolah medis di Eropa hingga abad XVII. Bahkan, sebagiannya masih digunakan hingga abad ke XIX.

 

Kemudian, ada pula Raja Frederik II. Penguasa Palermo itu sangat tertarik dengan ilmu pengetahuan. Karena ketertarikannya itulah yang lalu mendorongnya untuk mempelajari kebudayaan dan ilmu pengetahuan dari dunia Islam. Bahkan, salah seorang ahli matematikanya, Leonardo Fibonaci, dipercaya belajar dari ahli matematika yang didatangkan dari Arab. Selain itu, para ilmuwannya juga sempat menerjemahkan karya-karya dari ahli astronomi arab, Al-Farghini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement