Jumat 07 Jun 2019 13:23 WIB

Nikmat dan Siksa Kubur

Tiap anak Adam pasti akan menemui ajalnya.

Kuburan (ilustrasi)
Foto: ksacc.com
Kuburan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tiap anak Adam pasti akan menemui ajalnya. Jika meninggal maka ia akan hidup sementara di alam barzah. Di alam tersebut, ia akan menunggu hingga hari kiamat datang.

Kehidupan barzah adalah pintu gerbang menuju akhirat. Di alam ini, manusia akan menerima balasan atas amal yang dilakukannya selama di dunia. Bila buruk akan mendapatkan siksa, demikian sebaliknya. Kebaikan yang dijalani sepanjang hayatnya kelak berbuah manis di barzah. 

Keyakinan akan siksa dan nikmat kubur serta keberadaan alam barzah merupakan bagian akidah utama dalam Islam yang harus diimani. Terlebih, banyak terdapat teks, baik Alquran, hadis, maupun riwayat salaf yang menjadi dasar keniscayaan perkara tersebut.

Topik inilah yang hendak dipaparkan al-Baihaqi dalam kitabnya yang berjudul Itsbat ‘Adzab Alqabr wa Sual Almalakain. Melalui karya yang naskah manuskripnya diperoleh di Perpustakaan Ahmad III Turki itu, al-Baihaqi hendak membeberkan argu men tasi tentang siksa kubur dan hal ihwal yang berkenaan dengannya. 

Nuansa penulisan yang terbaca di karya tulis tokoh yang bernama lengkap Abu Bakar Ahmad bin Al Husain bin Ali bin Musa al-Khasrujaradi al-Baihaqi as-Syafi’i ini kental dengan konsep yang kerap dipakai dalam kajian hadis, yaitu pola periwayatan.

Tak heran, penikmat kitab ini akan disuguhi rentetan sanad di tiap hadis ataupun atsar yang dikutip. Menunjukkan validitas memang, tetapi pada saat bersamaan, gaya seperti ini membuat kitab kurang praktis dibaca. Untungnya, kondisi ini diperingan dengan klasifikasi kitab ke dalam bab-bab yang berjumlah 31 konsideran. 

Kemudahan 

Catatan pertama yang dikemukakan oleh sosok kelahiran Khusraugird dekat Desa Bayhaq, Nisaphur pada Sya’ban 384 H itu adalah kemudahan bagi orang yang beriman saat menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh dua malaikat, Munkar dan Nakir. Penegasan itu termaktub dalam ayat, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS Ibrahim [14]: 27). 

Peneguhan iman yang dimaksud dalam ayat tersebut juga berlaku kelak di akhirat. Faktor apakah yang dapat meneguhkan keimanan seseorang itu? Salah satunya ialah kesaksian atau syahadat. Menurut hadis riwayat al-Barra’ bin ‘Azib, Rasulullah SAW pernah me nyatakan bahwa seorang Mukmin ada lah mereka yang ketika berada dalam kuburnya mampu bersaksi bah wa tiada Tuhan selain Allah dan ber ikrar sebagai pengikut Muhammad SAW. 

Riwayat lain dari Abdullah bin Mas’ud mengatakan, orang-orang yang beriman—sebagaimana disebutkan ayat di atas—bisa menjawab pertanyaanpertanyaan malaikat tentang siapakah Tuhan yang ia sembah, agama yang ia peluk, dan siapakah nabi yang ia taati. Soal-soal itu pun dengan mudah dijawab. Allahlah Tuhannya, Islam agamanya, dan Muhammad nabinya. Lalu, kuburnya dilapangkan hingga ia beristirahat dengan tenang. 

Sebaliknya, deretan pertanyaan se rupa juga disodorkan kepada orangorang kafir. Jawaban yang keluar dari lisan mereka hanyalah ketidaktahuan dan kebodohan. Akibatnya, kubur yang ia huni pun akan sempit dan ia akan disiksa. Terkait fakta ini, Abdullah bin Mas’ud membaca ayat, “Dan, barang siapa berpaling dari peringatan-Ku ma ka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaahaa [20]: 124). 

Baik pertanyaan, siksa, maupun nikmat kubur, pasti akan terjadi. Ketika jasad telah dikubur, lalu saudara, kerabat, dan para kolega beranjak pergi meninggalkan makamnya maka orang mukmin ataupun kafir akan mendapat disodori pertanyaan-pertanyaan itu. Hukum Allah berlaku di sana. Seperti dalil-dalil sebelumnya, umat yang beriman menjawabnya de ngan enteng. Sedangkan, kaum kafir tak kunjung bisa mencerna soal-soal itu secara baik. Siksa dan nerakalah balasannya. Hal ini sebagaimana ter gambar dalam riwayat Anas bin Malik. 

Lantas, bagian manakah dari diri manusia yang akan kembali dibang kit kan saat di alam barzah, apakah jasad tanpa roh, roh semata, atau kedua-dua nya. Menurut al-Baihaqi, yang mulai mengambil riwayat pada 399 H pada usia 15 tahun, baik mukmin maupun kafir, kelak roh mereka akan dikembalikan ke jasadnya selama berada di alam barzah. Tetapi, kehidupan di alam barzah berbeda dari kehidupan dunia. Tidak ada aktivitas makan dan minum di sana.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement