Senin 24 Jun 2019 16:42 WIB

Cara Rasulullah SAW Tidur, Seperti Apa?

Rasulullah SAW pun mencontohkan agar kita menyiapkan diri untuk tidur.

Rasulullah
Foto: Pixabay
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi wajar saat Rasulullah SAW memberi contoh untuk membaca doa, yang seolah menyiapkan mati saat menjelang tidur. "Dengan nama-Mu, ya Allah, aku hidup dan (dengan nama-Mu) aku mati." Lantas, saat terbangun, kita diajarkan untuk membaca doa yang bermakna rasa syukur setelah dapat hidup kembali. "Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami hidup setelah mati dan hanya kepada-Nya kami dikembalikan."

Rasulullah pun mencontohkan agar kita menyiapkan diri untuk tidur, seperti kita hendak menghadap Sang Pencipta. Mengambil wudhu sebelum tidur adalah salah satu sunah yang diajarkan Nabi kepada kita. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa tidur di malam hari dalam keadaan suci (berwudhu) maka malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun niscaya Malaikat itu akan berucap, 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena ia tidur di malam hari dalam keadaan selalu suci.'" (HR Ibnu Hibban dari Ibnu Umar RA).

Tak hanya itu, Rasulullah kerap juga mendoakan orang yang mati saat tidur dalam keadaan berwudhu. Hal ini juga ditulis dalam kitab Tanqih al-Qand al-Hatsis karangan Syekh Muhamad bin Umar an-Nawawi al-Mantany. Dari Umar bin Harits bahwa Nabi bersabda, "Barang siapa tidur dalam keadaan berwudhu, apabila mati di saat tidur, matinya dalam keadaan syahid di sisi Allah."

Posisi tidur miring ke kanan juga dicontohkan Rasulullah SAW yang terbukti bermanfaat bagi kesehatan. "Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu." (HR al-Bukhari no 247 dan Muslim no 2710).  Selain untuk kesehatan, jika kita mau renungkan lebih lanjut, posisi tidur ini juga berkaitan dengan kematian. Posisi ini sama saat jenazah seorang Muslim dikuburkan. Ingatan akan mati pun selayaknya direnungkan saat tidur berdasarkan sunah Rasulullah SAW.

Di luar itu, tidur juga menjadi ajang bagi kita untuk mempersiapkan vitalitas bukan hanya untuk beraktivitas, melainkan juga beribadah. Umat Islam punya waktu lima kali sehari untuk melaksanakan shalat. Shalat terakhir pada malam hari adalah shalat Isya, sedangkan shalat paling awal sebelum memulai hari yakni shalat Subuh.

Untuk menjaga agar shalat Subuh tepat waktunya, tidur harus dilakukan dengan cukup, sesuai hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari. Namun, Rasulullah mengajarkan kita untuk shalat Tahajud pada sepertiga malam. Karena itu, untuk menjaga vitalitas saat beribadah malam, Rasulullah pun meminta para sahabat untuk melakukan Qailulah, yakni tidur sebentar pada pertengahan hari.

Kita mesti bersyukur Allah SWT memberi nikmat berupa tidur. Pernahkah kita merenung bahwa tidur adalah sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah SWT? Pada QS ar-Rum ayat 23, Allah SWT berfirman, "Dan di antara kebesaran-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan." Wallahualam.

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement