Kamis 20 Jun 2019 13:17 WIB

Pelajaran dari Rasulullah SAW

Suatu ketika, Rasulullah SAW keluar dari rumahnya dalam keadaan lapar

Rasulullah
Foto: Republika/Mardiah
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad AR

Suatu hari, Rasulullah saw keluar dari rumahnya karena tidak ada makan siang yang biasa dihidangkan istrinya. Di rumah, Rasulullah saw saat itu memang tak ada persediaan makanan sedikit pun. Di tengah perjalanan beliau bertemu dengan Abu Bakar dan Umar bin Khattab.

Baca Juga

Rasulullah pun bertanya ''Mengapa kalian ke luar rumah?''

''Kami keluar karena lapar, ya Rasulullah,'' kata kedua sahabat itu.

 

''Demi Allah aku pun keluar karena alasan yang sama, oleh karena itu mari ikut aku. Ada seorang sahabat Anshar yang akan aku datangi,'' ajak Rasulullah kepada sahabatnya.

Dan, ternyata kehadiran ketiga petinggi Islam itu disambut sukacita oleh sahabat dari Anshar.

Ia langsung menghadirkan nampan yang berisi air segar, buah kurma yang matang, dan kurma yang masih melekat pada tandannya dan kemudian mempersilakan tamunya untuk menyantap hidangan.

Sang sahabat Anshar itu lalu bergegas mengambil golok hendak memotong kambing untuk menjamu Rasulullah saw. Namun, Nabi Muhammad saw melarangnya.

Selesai menyantap hidangan itu secukupnya, berkatalah Rasulullah kepada kedua sahabatnya itu: ''... Kalian pasti akan ditanya pada hari kiamat tentang kenikmatan.'' Perkataan itu merupakan wahyu Allah (QS At Takaatsur [102]:8).

***

Kisah di atas, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim itu, sepintas tak ada bedanya dengan kisah-kisah yang lain. Namun, sebenarnya ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil dari riwayat ini.

Pertama, kisah itu merupakan bukti keberhasilan Rasulullah saw membina masyarakat Muslim sehingga sahabat Anshar tidak memperlihatkan sikap kurang senang ketika didatangi tamu. Rasa kasih sayang para sahabat sudah terbentuk sehingga dengan ringan hati mereka menolong sesamanya.

Sikap-sikap itu ada pada semua sahabat Nabi saw, baik para hartawan--seperti Abdurrahman bin Auf, Usman bin Affan--maupun orang-orang papa semisal Ali bin Abi Thalib yang kerap memberikan sepotong roti yang merupakan makanan dia satu-satunya dalam satu hari.

Kedua, kisah itu juga mengajarkan sikap para pemimpin yang tak mementingkan urusan materi untuk kepentingan pribadi.

Rasulullah, Abu Bakar, dan Umar ra sebenarnya adalah kelompok masyarakat kaya. Namun, sebagian besar hartanya dihabiskan untuk kepentingan perjuangan Islam dan kaum Muslimin. Tak terlintas dalam benak mereka untuk mengambil harta negara, walau secuil.

Kesederhanaan itu, tak hanya berlaku dalam kehidupan Rasulullah saw, tapi juga para sahabat yang lain. Karena itu, sungguh aneh bila banyak petinggi/pejabat Muslim yang ada sekarang kadang-kadang justru tak memiliki sikap peduli pada rakyat kecil.

Bahkan, dari orang-orang tersebut justru lahir kebijakan-kebijakan yang tak menolong rakyat kecil.

Tidak salah apabila ada pepatah yang menyebutkan bahwa umat tidak akan rusak dan hancur, betapapun buruknya kondisi mereka selama mereka masih memiliki pemimpin yang soleh dan bisa diteladani. Tapi sebaliknya bagaimanapun baiknya suatu umat, apabila dipimpin oleh orang yang tidak baik, pasti mereka akan tetap hancur. Inilah pelajaran dari Rasulullah saw yang sering diabaikan masyarakat Muslim.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement