Rabu 22 May 2019 16:00 WIB

Mengutamakan Persatuan

Umat Islam satu sama lain harus bahu-membahu, tolong-menolong dalam kebaikan

Orang-orang yang mendirikan shalat termasuk orang yang bertakwa.
Foto: Antara/Rahmad
Orang-orang yang mendirikan shalat termasuk orang yang bertakwa.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yunahar Ilyas

Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu berpegang teguh dengan tali Allah, bersatu padu merapatkan barisan baik dalam melakukan kebaikan ataupun dalam menghadapi tantangan.

Allah SWT berfirman: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu da hulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang ber saudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk" (QS Ali Imran [3]: 103).

Umat Islam satu sama lain harus bahu-membahu, tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa (QS al- Maidah [5]: 2). Hanya dengan persatuanlah umat Islam mendapatkan kekuatannya. Sebaliknya Allah SWT melarang umat Islam untuk berceraiberai atau berpecah-belah karena perpecahan pasti akan mengundang kegagalan (QS al-Anfal [8]: 46).

Jumlah yang besar tidak ada artinya tanpa persatuan. Sejarah sudah membuktikan betapa banyak kelompok besar yang pecah, dikalahkan oleh kelompok kecil yang bersatu. Ali juga sudah mengingatkan bahwa kebenaran yang tidak terorganisasi akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi.

Perpecahan dapat terjadi disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena sifat-sifat buruk yang dimiliki oleh sebagian umat, misalnya, sifat som bong, buruk sangka, fanatisme buta terhadap golongan, mazhab, pimpinan, dan lain sebagainya. Penyebab yang pertama ini bersifat akhlaqi. Kedua, karena perbedaan dalam pemikiran dan pengamalan, baik da lam bidang hukum, politik, teologi, tasawuf, filsafat, ataupun dalam me nen tukan strategi perjuangan. Perpecahan yang kedua ini bersifat fikri dan 'amali.

Perbedaan pendapat, baik dalam masalah-masalah ilmiah maupun amaliah, sebenarnya merupakan hal yang wajar terjadi, termasuk dalam memahami nas-nas agama, baik Al quran maupun hadis Nabi. Perbedaan itu bisa disebabkan oleh persoalan ba hasa atau watak nas itu sendiri (mi sal nya ayat-ayat Alquran yang masuk kategori mutasyabihat mengundang penafsiran yang berbeda-beda karena peran akal lebih dominan dalam memahaminya dibandingkan tatkala memahami ayat-ayat yang muhkamat), atau disebabkan oleh tabiat manusia, alam, dan kehidupan.

Bila perbedaan pendapat itu terjadi pada orang-orang yang rendah budinya maka akibatnya bisa terjadi perpecahan. Sebaliknya, bila perbedaan pendapat itu dilandasi dengan akhlak yang mulia (ikhlash, tidak fanatisme buta, berbaik sangka atau positive thinking, tidak mencela, menjauhi debat kusir, dialog dengan cara yang lebih baik, berlabang dada, pemaaf), maka perbedaan pendapat itu akan memberikan dampak positif seperti kayu api yang disusun bersilang di tungku. Bila kayu-kayu tersebut tidak bersilang justru api tidak akan dapat hidup. Semoga ibadah kita baik yang bersifat ritual maupun sosial dalam Ramadhan ini dapat meningkatkan persatuan umat. Amin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement