Jumat 24 May 2019 22:54 WIB

Membangun Kepemimpinan dengan Keadilan

Keadilan adalah prinsip yang mesti dipegang teguh seorang pemimpin

Keadilan (ilustrasi).
Foto: ehow.com
Keadilan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad S

"Wahai orang-orang yang beriman tegakkanlah dengan gigih hukum-hukum keadilan itu dan berikanlah kesaksian dengan jujur demi Allah semata, meskipun terhadap dirimu sendiri atau orang tuamu ataupun terhadap kaum kerabatmu" (QS An-Nisa 135).

Baca Juga

Ayat di atas menggambarkan bagaimana berlaku adil, yaitu menyampaikan kebenaran kepada siapa yang berhak mempunyai (menerima) melalui jalan yang paling baik (cara) dan menurut kadar yang semestinya (bijak).

Islam menuntut agar setiap Mukmin menjalankan segala macam pekerjaan dan merencanakan seluruh amal usahanya menurut undang-undang ketetapan Tuhan.

Allah menghendaki adanya pemangku kekuasaan. Maka khalifah itulah naungan Allah di bumi. Sebab, dengan keadilan dan undang-undang, langit dan bumi berdiri tegak,

Dalam hal ini, Indonesia sepanjang sejarahnya membutuhkan para pemimpin yang adil serta bijaksana dalam menuju masyarakat madani. Segala urusan didasarkan pada prinsip Alquran dan berpangkal pokok pada keadilan.

Berlaku adil dalam praktiknya dapat ditegakkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, serta kepada sesama serta lingkungan sekitar baik dalam keadaan senang maupun sedih dengan cara menyingkirkan ambisius, luapan hawa nafsu serta rasa takabur.

 

***

Pada suatu hari datanglah utusan dari Azerbaijan untuk menemui Kholifah Umar bin Khattab, kemudian Umar berkata, ''Apa maksud Anda datang ke mari.'' Utusan itu menjawab, ''Amirku memerintahkan aku membawa hadiah untuk baginda.''

Umar bin Khattab menjawab, ''Bukalah bingkisan itu dan apa isinya? Maka dibukalah bingkisan itu dan isinya gula-gula. Tanya Umar kepadanya, ''Apakah semua kaum Muslimin mendapatkan kiriman?'' kemudian utusan itu tertegun sejenak lalu menjawab, ''Tidak baginda, hadiah ini khusus untuk baginda.''

Mendengar perkataan itu merahlah muka Umar dengan menunjukkan kemarahannya, dia lalu memerintahkan kepada utusan tersebut untuk membawa dan membagikan kepada orang-orang fakir miskin yang ada di daerah tersebut.

Kata Umar, ''Barang itu haram masuk ke dalam perutku kecuali seluruh kaum fakir miskin menikmati barang tersebut dan kamu cepat-cepat kembali ke negerimu dan beri tahukan kepada yang mengutusmu kalau ia mengulanginya akan kupecat ia dari jabatannya.''

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement