Ahad 16 Jun 2019 03:03 WIB

Mempertahankan Ibadah Ramadhan

Tak mudah menjaga aura dan semangat ibadah Ramadhan

Ramadhan
Foto: IST
Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Feri Nugraha

Bulan yang penuh berkah, Ramadhan, telah berlalu meninggalkan kita. Semua Muslim yang di dalam hatinya terdapat iman dan kepasrahan kepada Allah akan merasakan sedih ditinggalkan bulan yang di dalamnya ada ampunan Allah setiap saat inisemoga ibadah shaum kita diterima Allah.

Shalat berjamaah di masjid, shalat malam, tadarus Alquran, sedekah, silaturahim, dan istiqamah serta semangat mendekatkan diri kepada Allah adalah kegiatankegiatan yang biasa kita lakukan pada bulan Ramadhan. Sejatinya, kita mampu mempertahankan semua itu pada bulan-bulan lain. Tujuan puasa adalah mencetak manusia yang memiliki iman dan takwa.

Bagaimana cara mengukur keberhasilan puasa jika semua rutinitas ibadah puasa yang biasa kita lakukan malah tidak dikerjakan lagi pada bulan yang lain? Satu hal yang pasti, puasa mengajarkan diri untuk istiqamah dan konsisten. Minimal kita bisa menjaga waktu-waktu shalat dengan baik. Maksudnya, selalu shalat berjamaah di masjidterutama shalat Isya dan Subuh agar ibadah pokok tersebut tidak lagi diabaikan seperti sebelumnya.

Apabila terdengar suara azan, sejatinya kita menghentikan segala aktivitas dan segera bergegas menuju masjid untuk shalat berjamaah. Meninggalkan pekerjaan barang beberapa menit tidak akan membuat kita dipecat atau usaha kita bangkrut. Bahkan, apabila perlu 10 menit sebelum azan, kita sudah duduk di saf pertama dekat imam.

Tantangan untuk mewujudkan semua itu adalah berat sekali. Tidak mudah memang, tetapi bukan berarti tidak bisa diamalkan. Proses menuju pintu surga dirasakan memang sangat berat. Namun, bukankah kalau kita sungguhsungguh Allah pasti memberikan jalannya untuk kita bisa mengamalkannya walaupun berat?

Oleh karena itu, orang-orang saleh selalu berdoa, Ya Allah, berilah kami kekuatan untuk melaksanakan semua perintah-Mu. Kemudian, berilah kami kekuatan untuk senantiasa menghindari semua larangan-Mu. Amal ibadah menjadi kurang bernilai di sisi Allah apabila hanya dilaksanakan pada momen-momen tertentu padahal lebih baik didawamkanhanya karena datang bulan Ramadhan.

Bukankah akan lebih baik kita menjaga konsistensi ibadah walaupun terlihat sepele daripada semangat melaksanakan ibadah, tetapi hanya temporer? Shalat dan masjid adalah dua hal yang sejatinya berhubungan dan tidak boleh ditinggalkan. Artinya, Muslim laki-laki harus terikat dengan masjid, yaitu melaksanakan shalat berjamaah di dalamnya. Untuk apa semua ini?

Menjaga aura dan semangat ibadah Ramadhan agar ketika sampai pada Ramadhan berikutnya iman kita tetap stabil bahkan meningkat. Allah sudah memberikan umur, rezeki, pekerjaan, kesehatan, keluarga yang saleh, dan lingkungan tempat tinggal yang baik, lalu kita ingin mengajukan alasan apa lagi sehingga sulit untuk konsisten dalam menjaga shalat berjamaah di masjid? Sekali lagi memang sulit, tetapi kita bisa melakukannya.

Ritual pada bulan Ramadhan harus membekas untuk segera diteruskan. Jika kita sampai loyo kembali setelah Ramadhan berlalu, mari kita cek dengan jujur, ada apa dengan iman di hati kita? Semoga Allah melindungi kita dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah SAW bahwa banyak manusia berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga saja. Wallahu a'lam Allahlah pemegang kebenaran yang hakiki. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement