Selasa 21 May 2019 15:33 WIB

Cinta Kerja

Cinta kerja ditunjukkan sejumlah sahabat Nabi SAW

Pekerja membersihkan interior sebuah masjid. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja membersihkan interior sebuah masjid. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Solikhin

Ketika kiamat datang, sementara di tangan seorang di antara kamu masih ada bibit kurma dan dia bisa menanamnya, maka hendaklah dia menanamnya. (HR Bukhari dan Ahmad). Hadis yang disampaikan Rasulullah saw di atas mengandung pesan moral yang amat dalam, yakni agar kita selalu menjaga produktivitas yang berkesinambungan meskipun di ambang kiamat. Ini berarti Islam cinta kerja dan membenci pemalas, apalagi hanya mengharap belas kasihan pada orang lain.

Baca Juga

Sejarah juga menunjukkan kepada kita bahwa para Nabi, selain aktif menyeru kepada kebaikan ternyata -- pada waktu yang sama -- juga rajin bekerja dalam bidangnya masing-masing. Ibnu Abbas ra berkata, ''Adam menjadi petani, Nuh menjadi tukang kayu, Idris menjadi penjahit, Ibrahim dan Luth menjadi petani, Shalih menjadi pedagang, Daud menjadi pandai besi, Musa, Syu'aib, dan Muhammad menjadi penggembala.'' (Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Mukhtashar Minhajul Qashidin).

Cinta pada kerja ini pun ditunjukkan oleh para sahabat Rasulullah SAW, antara lain oleh Umar bin Khattab. Suatu ketika Umar memasuki masjid dan melihat seseorang sedang beribadah (siang hari), maka beliau pun bertanya, ''Dari mana engkau akan memperoleh rezeki?'' Orang itu menjawab, ''Saudaraku yang mencukupiku.'' Umar lalu menimpali, ''Saudaramu lebih baik daripada kamu. Keluarlah! Jika salah seorang di antara kamu mencari kayu lalu menjualnya, maka itu lebih baik daripada meminta-minta.''

Umar pun menindaklanjuti sikapnya dengan langkah nyata. Beliau memberi upah yang layak bagi para pekerjanya. Dan ketika ditanya tentang hal tersebut, beliau menjawab, ''Aku mencukupi mereka, supaya mereka tidak usah lagi memakan milik orang lain.''

Inilah fakta bahwa Islam sangat menjaga harkat dan martabat manusia. Dengan bekerja seseorang dapat mengaktualisasikan diri dan kinerjanya secara riil, sehingga harga dirinya terangkat, di samping kepuasan rohani yang akan membimbing seseorang untuk bersyukur serta mau memberikan penghargaan atas prestasi orang lain. Allah SWT berfirman, ''Dan bekerjalah, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu.'' (QS 9: 105)

Iklim yang mesti dikembangkan sekarang adalah membangkitkan kesadaran bekerja pada seluruh lapisan masyarakat dengan mencoba menggali berbagai potensi, sumber alam, dan sumber daya yang kita miliki. Pihak penguasa mengembangkan iklim usaha yang kondusif dengan memberikan peluang usaha yang fair dan adil. Sementara para pengusaha harus mendidik karyawannya untuk terampil dan menjadikan kerja sebagai kesenangan.

Namun yang lebih penting dari itu, masyarakat sendiri seharusnya sadar bahwa kerja adalah bagian dari ibadah. Dengan meniatkan segala kerjanya untuk ibadah, mereka akan terus merasa diawasi oleh Allah, serta senantiasa bekerja secara efektif, efisien, dan profesional. Inilah yang juga dianjurankan oleh Nabi Muhammad saw, ''Sesungguhnya Allah mewajibkan kebaikan atas segala sesuatu.'' (HR Muslim). ''Sesungguhnya Allah menyukai jika salah seorang di antaramu bekerja dengan sungguh-sungguh.'' (HR Baihaqi).

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement