Jumat 17 May 2019 19:26 WIB

Teladan Ali Bin Abi Thalib, Peduli pada Kaum Dhuafa

Ali bin Abi Thalib menaruh kepedulian besar pada kaum dhuafa

Ilustrasi Dhuafa
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi Dhuafa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bila umat Islam menyebut nama Ali bin Abi Thalib, biasanya diteruskan dengan Karramallahu Wajhah, (semoga) Allah memuliakan wajahnya.

Sementara, para sahabat Nabi SAW yang lainnya--seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan seterusnya--mendapat tambahan ucapan di belakang namanya dengan r.a, perpanjangan dari radhiyallahu 'anhu, (semoga) Allah meridhainya.

Baca Juga

Menurut sebuah riwayat, Ali bin Abi Thalib yang juga menantu Rasulullah SAW ini, mendapatkan keistimewaan seperti itu, antara lain, karena ia merupakan sedikit sahabat yang tak pernah menyembah berhala. Sementara, riwayat lain menyebutkan, selain karena alasan tadi, juga karena kesetiakawanan dan kepedulian Ali terhadap kaum dhuafa.

Tentang kepeduliannya kepada kaum dhuafa ini, disebutkan, pada suatu hari Ali bin Abi Thalib bersama istrinya, Fatimah, sedang kekurangan makanan. Lalu ia minta tolong kepada seorang Yahudi agar diberi benang sutra, untuk ditenun menjadi kain oleh istrinya.

Maksudnya, supaya ia mendapat upah. Demikianlah Ali sekeluarga kemudian mampu membeli beberapa mangkuk gandum. Gandum kemudian ditumbuk oleh Fatimah, untuk dibuat roti. Namun begitu roti siap, terdengar ketukan di pintu rumah mereka.

Setelah pintu dibuka, tampak seorang lelaki berada di depan pintu. ''Assalamualaikum. Saya adalah seorang miskin. Berilah saya makanan karena Allah.'' Ali lalu memberinya beberapa potong roti.

Tak lama setelah lelaki itu pergi, datang seorang anak yatim, yang juga meminta makanan. Si yatim pergi, datang orang ketiga, yaitu seorang budak tawanan perang. Ia juga meminta makanan. Roti yang tinggal tak seberapa itu pun diulurkan Ali kepada budak itu.

Habislah makanan Ali. Tak ada lagi yang tersisa untuk makanan diri dan keluarganya. Terpaksalah Ali sekeluarga hanya minum air putih. Namun mengingat kedua anaknya, Hasan dan Husain, begitu lapar, karena hanya minum air, Ali pun pergi ke rumah Nabi Muhammad, untuk menyampaikan ihwal kedua cucu Nabi SAW itu. Oleh Rasulullah SAW, Ali kemudian diberi sebuah keranjang. Rasul SAW juga memerintahkannya pergi ke sebuah pohon kurma tak jauh dari rumah beliau.

Ali menuju ke pohon kurma yang ditunjuk, dan memetik kurma yang sudah matang itu. Setiba di rumah, seluruh anggota keluarga makan bersama, hingga kenyang. Ini contoh betapa indah setia kawan di antara sesama muslim. Mereka rela melepas benda (makanan) yang mereka sendiri sangat membutuhkan, namun mengingat ada yang lebih memerlukan dan harus ditolong, mereka dahulukan kepentingan orang lain itu.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement