Kamis 16 May 2019 13:25 WIB

Ikhlas Melayani

Seorang Muslim yang beriman tak akan menyiakan-nyiakan kesempatan untuk berbuat baik

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Syahruddin

Seorang Muslim yang beriman tak akan menyiakan-nyiakan kesempatan untuk berbuat baik karena membantu melancarkan pekerjaan orang lain merupakan salah satu pintu kebaikan. Bila perlu, kita melakukan kebaikan tersebut secara berulang-ulang.

Seorang Muslim yang baik akan mendedikasikan diri dan jiwanya semata-mata agar pekerjaan yang dia lakukan bisa bermanfaat bagi diri dan masyarakat banyak.

Seorang Muslim meyakini bahwa melayani sesama memiliki kedudukan yang mulia di hadapan Allah SWT. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Sikap baik ini pasti akan mendapatkan balasan di akhirat, seperti disebutkan dalam hadis riwayat Bukhari, "Barang siapa yang memudahkan kesulitan seseorang mukmin dari berbagai kesulitan dunia, maka Allah SWT akan memudahkan kesulitannya pada hari kiamat".

"Dan siapa yang memudahkan orang yang dalam kesulitan, niscaya Allah SWT akan memudahkan ba ginya urusan dunia dan akhirat" (HR Bukhari). Jadi ingatlah, setiap amal kebaikan dalam melayani masyarakat akan kembali kepada orang yang berbuat kebaikan tersebut. Oleh karena itu, saya mengajak kita semua untuk terus melatih keikhlasan dalam melayani, bersikap profesional, dan terus memberikan yang terbaik.

Kesadaran tersebut adalah mani festasi dari ketakwaan kita terhadap Allah SWT. Sikap inilah yang diharap kan menjadi hasil dari penggem bleng an diri selama sebulan penuh ber pua sa pada bulan suci Ramadhan ini.

Ibadah puasa yang kita jalani sebagai salah satu rukun Islam ber tujuan agar kita bertakwa kepada Allah SWT. Sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Baqarah [2] ayat 183.

Dalam bahasa Arab, shaum (puasa) berarti menahan diri. Secara fikih, puasa ialah menahan diri dari makan dan minum serta perbuatanperbuatan lain yang bersifat badani (fisik) sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Namun, yang diharapkan bukan hanya menahan diri secara fisik, melainkan juga secara mental (kejiwaan).

Banyak ditegaskan dalam be be ra pa hadis tentang dorongan upaya men disiplinkan diri sehingga mampu me ningkatkan kualitas puasa, dari seka dar puasa badani, menjadi puasa nafsani, yang dilanjutkan menjadi puasa yang dapat mencapai nilai-nilai spiritual.

Hasil dari capaian kita tersebut akan mengantarkan kita memperoleh gelar takwa. Melalui takwa, kita menyadari kehadiran Tuhan dalam hidup. Inti takwa adalah kesadaran yang sangat mendalam bahwa Allah selalu hadir dalam hidup kita. Takwa ialah kalau kita mengerjakan segala sesuatu, kita kerjakan dengan kesadaran penuh bahwa Allah beserta kita, Allah menyertai kita, Allah mengawasi kita, dan Allah memperhitungkan perbuatan kita.

Ketakwaan kita terhadap Allah SWT inilah yang berperan paling per tama dan utama mengantarkan kita memiliki kepekaan terhadap ling kungan sekitar, lingkungan ke umat an, dan kebangsaan kita. Dengan seperti itu, ajakan di atas untuk terus melatih keikhlasan dalam melayani, bersikap profesional, dan terus mem berikan yang terbaik akan bermuara pada Indonesia yang baldatun thayyibatun warabbun ghafur. ¦

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement