Selasa 30 Apr 2019 23:43 WIB

Menyucikan Jiwa dengan Mengingat Kematian

Mengingat kematian dapat menjadi sarana menyucikan jiwa

Kematian (ilustrasi).
Foto: Dailymail.co.uk
Kematian (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rasulullah Muhammad SAW bersabda, sebagaimana diriwayatkan Tirmidzi. "Perbanyaklah kalian mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kenikmatan, yaitu mati."

Ya, kematian merupakan sesuatu yang pasti. Setiap yang bernyawa pasti mengalaminya. Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 185. Artinya, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya, pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu." Kedatangan maut memang secara tiba-tiba dan tidak dapat dihentikan.

Baca Juga

Difirmankan oleh-Nya dalam surah Yunus ayat 49 dan surah al-Jumu'ah ayat delapan tentang ajal. Artinya, "Bagi setiap umat ada ajal, ketika ajalnya telah tiba, maka mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." Kemudian, "Walaupun berusaha lari, mereka tidak akan pernah lepas dari kematian."

Bagaimanapun, kematian bukanlah akhir kehidupan. Ia hanya pintu gerbang menuju alam akhirat. Di sana setiap manusia akan mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya selama di dunia.

Kemudian, tiap manusia akan memeroleh balasan sesuai dengan apa-apa yang telah diperbuat. Prinsipnya, dunia adalah tempat menanam dan akhirat menjadi tempat menuai.

Di sinilah letak pentingnya mengingat kematian. Setiap Muslim berpeluang untuk menyimpang dari jalan lurus. Jalan yang diyakininya dapat mengantarkan untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.

Dengan mengingat kematian, ia akan teringat kepada misi hidupnya. Ia akan ingat, semua perbuatan kelak akan dipertanggungjawabkan. Pada akhirnya, ia berupaya kembali pada jalan benar.

Mengingat kematian, menurut Imam Al-Ghazali, dapat pula mengobati jiwa yang sakit, menyegarkan spiritual yang letih, serta membangun kembali kekuatan dan energi batiniah yang tidak berdaya. Maka semakin banyak mengingat kematian, semakin meningkat pula ketekunan dan optimisme dalam melaksanakan hak-hak Allah SWT, di samping semakin ikhlas dalam beramal.

Mengingat kematian adalah sarana yang tepat untuk menyucikan jiwa, meredam gejolak nafsu dan melembutkan hati. Sebaliknya lupa akan kematian akan menyebabkan tidak terkontrolnya nafsu, kerasnya hati, sehingga ia lupa terhadap kewajibannya sebagai manusia.

 

Ziarah Kubur

Banyak cara bisa digunakan untuk mengingat kematian, diantaranya dengan berziarah kubur. Sabda Rasulullah SAW, "Semula aku melarang kalian berziarah kubur, tetapi sekarang, berziarahlah kalian!" (HR Muslim).

Ziarah yang dimaksud bukan untuk meminta sesuatu dari ahli kubur, tetapi untuk mengingatkan bahwa kita pun akan seperti mereka. Tidak ada batasan kuburan siapa yang mesti diziarahi. Tidak hanya kubur orang-orang terkenal saja, kuburan siapa saja bisa diziarahi.

Membaca kisah wafatnya Nabi SAW, para sahabat, orang-orang saleh dan para ulama, juga bisa dilakukan. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kisah-kisah mereka. Paling tidak dengan membacanya terlintas keinginan untuk meninggal dalam husnul khatimah seperti mereka.

Mengingat kematian, selain bermanfaat, juga merupakan sunnah yang harus terus dilestarikan. Dengan harapan sunah yang baik ini dapat mensucikan jiwa dan melembutkan hati. Wallahu a'lam bish-shawab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement