Senin 29 Apr 2019 21:33 WIB

Menghargai Kerja Keras

Rasulullah SAW memuji orang-orang yang beriman dan bekerja keras

Kerja keras. Ilustrasi
Foto: optimisticjourney
Kerja keras. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Didin Hafidhuddin      

Syahdan ketika seorang pemuda berjabatan tangan dengan Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau mencium tangan pemuda itu sambil berkata, “Inilah kedua tangan yang dicintai Allah SWT.” (HR Jamaah).

Baca Juga

Kedua tangan pemuda itu keras dan agak kasar yang mencerminkan ia seorang pekerja keras. Tergambar pula dari raut wajahnya dan penampilan fisiknya. Ternyata sosok Muslim pekerja keras inilah yang dicintai dan dibanggakan oleh Rasulullah SAW.

Memang, Islam adalah agama yang mendorong umatnya untuk selalu bekerja dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan, mempersembahkan kerja dan amal yang terbaik (ihsan), baik dalam kaitannya dengan Allah SWT maupun dengan sesama manusia, bahkan dengan dirinya sendiri. Karena, hanya dengan cara inilah seorang Muslim akan meraih kebahagiaan yang hakiki di dunia maupun akhirat.

“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS at-Taubah [9]: 105).

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya (bekerja keras) dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS al-Mulk [67]: 15).

Rasul SAW sangat memuji orang yang berusaha dan bekerja mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya, seperti digambarkan dalam hadis di atas dan hadis riwayat Imam Bukhari No 1.470:

“Sesungguhnya seseorang dari kalian pergi mencari kayu bakar yang dipikul di atas pundaknya itu lebih baik daripada meminta-minta, baik diberi atau tidak.” Dalam hadis lain riwayat Bukhari No 2.072. “Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil usahanya sendiri dan Nabi Dawud AS juga makan dari usahanya sendiri.”

Bahkan, jika seseorang tertidur kelelahan karena mencari rezeki yang halal, tidurnya itu akan dipenuhi dengan ampunan dari Allah SWT (HR Imam Tabrani).

Sebaliknya, Rasulullah SAW sangat membenci bermalas-malasan, tidak mau bekerja. Dan, beliau selalu memohon perlindungan Allah SWT dari sifat malas.

Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi wal kasali wal jubni wal harami wa a’udzu bika min fitnatil mahya wal mamat wa a’udzu mika min ‘adzabil qabri

(Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sikap lemah, malas, pengecut, dan kepikunan dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur).” (HR Bukhari).

Karena itu, kita harus bersyukur dan memberikan apresiasi (penghargaan) yang tinggi kepada generasi muda. Wallahu a’lam.

 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement