Selasa 23 Apr 2019 16:45 WIB

Serba-serbi Nasihat Menjelang Ramadhan

Menghadapi Ramadhan, hendaknya meningkatkan ketakwaan

Ilustrasi Ramadhan
Foto: Pixabay
Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam momen Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW, umat Islam mendapatkan keringanan untuk melaksanakan shalat. Dari 50 waktu, menjadi lima  waktu dalam sehari semalam.

Ihwal puasa juga demikian. Puasa yang berlaku saat ini dimulai sejak menjelang fajar sampai terbenamnya matahari. Pada umat terdahulu, sehabis shalat isya dan kemudian tertidur, orang beriman tidak dibolehkan makan minum lagi hingga terbenamnya matahari esok harinya.

Baca Juga

Perbedaan lainnya dengan umat terdahulu adalah mereka tidak makan sahur. Sementara Nabi Muhammad sangat menganjurkan sahur, meskipun hanya sebutir kurma.

Pada bulan ramadhan kita disunatkan untuk shalat tarawih. Jangan sampai orang Islam shalat tarawih, tapi justru meninggalkan shalat wajib lima waktu.

Selain itu, pada bulan ramadhan kita diwajibkan membayar zakat fitrah. Zakat-zakat lain tidak wajib dibayarkan pada bulan ramadhan. Justru, zakat maal, seperti perniagaan dan zakat pertanian, harus disegerakan. Lebih baik mendahulukan membayar zakat, daripada mengakhirkan.

Zakat yang dibayarkan dengan menunggu hingga bulan ramadhan, merupakan perbuatan dhalim. Kecuali zakat fitrah. Seperti zakat pertanian, harus ditunaikan ketika panen. Hasil panen tidak berkaitan dengan bulan ramadhan. Jadi pada hari itu juga harus ditunaikan.

Menghadapi bulan suci ramadhan, hendaknya semua umat semakin meningkatkan ibadah. Kita juga saling memaafkan, agar puasa yang kita lakukan diiringi dengan hati yang bersih dan ikhlas. Sesungguhnya yang kita lakukan adalah semata-mata memohon ridho dari Allah SWT.

sumber : Pusat Data Republika/KH Ali Mustofa Ya'kub, MA (1952-2016)
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement