Sabtu 13 Apr 2019 07:50 WIB

Jangan Curang

Berbuat curang sangat dibenci oleh semua ajaran.

manusia sebisanya menghindari sifat dan tindakan curang dalam setiap sisi kehidupan. (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
manusia sebisanya menghindari sifat dan tindakan curang dalam setiap sisi kehidupan. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Arifin Ilham

Berbuat curang dan mengkhianati nilai sebuah proses demokrasi di negeri ini seakan dianggap biasa dan wajar. Yang melakukan dan yang terlibat seperti gelap mata dan tidak merasa berdosa.

Padahal, suara rakyat, suara ketuhanan, suara kebenaran. Membungkam suara rakyat dan mencuranginya berarti menutup hadirnya nilai ketuhanan pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Berarti pula ia tidak menghendaki adanya kebenaran hadir di republik ini.

Berbuat curang sangat dibenci oleh semua ajaran. Di samping memang dalam ajaran Islam terdapat surah al-Muthoffifin yang menegaskan larangan berbuat curang, juga banyak hadis yang mengingatkan agar manusia sebisanya menghindari sifat dan tindakan curang dalam setiap sisi kehidupan.

Abdullah bin 'Amr ra mengatakan, Nabi SAW bersabda, "Empat (hal) yang barang siapa terdapat pada dirinya keempat itu maka dia adalah seorang munafik tulen. Barang siapa yang pada dirinya terdapat salah satu dari sifat sifat itu maka pada dirinya terdapat sifat munafik sampai dia meninggalkannya, (yaitu) apabila dipercaya dia berkhianat, apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji dia menipu, dan apabila bertengkar (bertarung) dia fajir (curang)."

Curang bisa dikategorikan sebagai salah satu bentuk penipuan. "Sesunguhnya aku (Ma'qil bin Yasar al-Muzan) mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa diberi beban oleh Allah untuk memimpin rakyatnya lalu mati dalam keadaan menipu rakyat, niscaya Allah mengharamkan surga atasnya.'" (HR Muslim).

Mengapa orang bisa berbuat curang? Pertama, karena lemahnya iman, sedikitnya rasa takut kepada Allah, dan kurangnya kesadaran bahwa Dia adalah Yang Maha Mengawasi dan Menyaksikan setiap perbuatannya, sekecil apa pun.

Kedua, karena kebodohan sebagian orang tentang haramnya perbuatan curang, khususnya dalam bentuk-bentuk tertentu dan saat perbuatan tersebut sudah menjadi sistem legal dalam sebuah lembaga atau organisasi. Seperti saat mengumpulkan, menghitung, mencatat, dan menetapkan suara rakyat hasil dari proses demokrasi yang sedang berjalan.

Ketiga, karena ketiadaan ikhlas (niat karena Allah) dalam melakukan aktivitas, baik dalam bermuamalah secara politik, menuntut ilmu, berniaga, maupun yang lainnya. Dominasi hasrat dunia terlalu kuat sehingga bukan lagi karena Allah melainkan karena dunia; tahta, harta, dan wanita.

Ikhwah fillah, saudara-saudara sebangsa dan seiman, dalam beberapa hari ke depan, negeri ini akan berhajat menentukan pemimpin dan wakil rakyatnya. Saatnya kita terlibat dalam beramal saleh lima tahunan ini. Silakan memilih dengan kebeningan hati dan kejernihan akal sehat. Allah sebenarnya sudah menentukan sesiapa yang akan menjadi pemimpin dan wakil rakyat di negeri ini.

Untuk Anda, wahai pemangku kepentingan, jangan berbuat curang. Hormati suara yang telah mengikhtiari sebuah harapan hadirnya nilai kebenaran untuk negeri ini. Demi Allah, kalian memiliki Saksi yang tidak bisa dicurangi, yaitu Allah SWT, yang Maha Melihat dan Maha Mengawasi kalian. Takutlah kalian kepada Allah dan Hari Akhir. Kemenangan dari hasil kecurangan tidak akan pernah membawa kebaikan kecuali kehinaan yang menistakan. Wallahualam. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement