Kamis 28 Feb 2019 22:41 WIB

Matematika Hijab

Mengenakan hijab bukan berdasarkan logika.

Wanita Muslim berjilbab di AS
Wanita Muslim berjilbab di AS

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rini Nuraini

Hijab (jilbab) bukanlah suatu pilihan, melainkan kewajiban untuk dipakai oleh seorang muslimah. Muslimah adalah seorang wanita yang beragama Islam.  Lebih tegas lagi, jika kita mengaku sebagai Muslimah berarti wajib mengenakan hijab. 

Hukum wajib dalam syariat Islam, jika dilaksanakan gugur kewajibannya dan bahkan mendapat pahala, sementara jika tidak dilaksanakan maka berdosa. Jadi mengenakan hijab bukan berdasarkan logika atau pemikiran atau pendapat atau kebutuhan kita, melainkan lebih kepada ketaatan kita dalam melaksanakan perintah Allah.

 “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak pula bagi perempuan yang mukminah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (QS  Al Ahzab: 36) 

 

Muslimah yang beriman kepada firman Allah, tentunya akan serta merta bersegera berhijab, tanpa berpikir atau mencari-cari alasan untuk tidak berhijab, seperti belum siap dan ini itu. Ini bukan soal matematika yang harus dipikirkan apa jawabannya, juga bukan untuk diperdebatkan, dianalisis atau diperhitungkan untung ruginya berhijab, tapi lebih kepada tuntutan untuk taat kepada firman atau perintah Allah, sekaligus bukti keimanan seorang Muslimah.

Ada banyak firman Allah seputar hijab, antara lain QS Al-A’raf: 26 (perintah menutup aurat); QS Al-Ahzab: 59 (perintah berhijab); dan QS An-Nur: 31 (tentang membuka aurat).

Kewajiban melaksanakan semua perintah Allah ditegaskan  dalam Alquran  surat An-Nur: 1, "(ini adalah) satu surat yang kami turunkan dan kami wajibkan menjalankan hukum-hukum yang ada (di dalamnya), dan kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatnya.”

Seorang muslimah mengenakan hijab atau tidaknya, tergantung keimanan dan ilmu yang dimilikinya, serta keluarga dan lingkungannya. Jika keimanannya kuat dan ilmu tentang syariat Islam khususnya bab hijab memadai, insya  Allah dengan serta merta ia akan mengenakan hijab. 

Antara iman dan ilmu ada hubungannya. Untuk meningkatkan keimanan, salah satunya dengan cara menambah ilmu. Ilmu ini tidak hanya dipelajari oleh muslimahnya saja, tapi juga keluarganya, karena terkait hijab ini suami dan bapak pun terlibat. Jika bapak membiarkan putrinya tidak berhijab atau suami membiarkan istrinya tidak berhijab, maka akan terkena imbas dosanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement