Rabu 30 Dec 2015 06:25 WIB

Di Balik Usia 40 Tahun

bersyukur atas usia 40 tahun (ilustrasi).
Foto: Republika/Tahta Aidilla/c
bersyukur atas usia 40 tahun (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Santi Lisnawati

Setiap manusia yang diberi umur panjang akan melewati masa anak-anak, dewasa, hingga tua. Hakikat umur sesungguhnya rentangan perjalanan menuju kepada yang Maha Menciptakan, perjalanan kembali kepada Allah SWT.

Usia 40 tahun ada dalam persimpangan, sebagian yang telah dilalui dan sisa yang akan dijalani menuju tempat kembali. Dalam usia tersebut memperkuat rasa syukur dan berbuat baik menjadi pilihan yang penting.

Alquran surah al-Ahqaaf ayat 15 menegaskan kondisi jiwa seseorang pada usia 40 tahun. “... Apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.

Usia 40 tahun ada pada masa dewasa, memiliki kematangan dalam berpikir dan mampu melakukan perenungan. Merefleksi keberadaan dan perjalanan yang telah dilewati serta mempertimbangkan sisa perjalanan yang akan dilalui.

Bersyukur setiap saat tentu bukan hal yang mudah, ada celah godaan yang bisa saja terpeleset menjadi hamba yang kurang bersyukur.

Pada masa ini, sepatutnya kita meningkatkan syukur dengan memohon petunjuk agar dapat mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada diri sendiri dan juga kepada kedua orang tua supaya dapat beramal yang diridhai Allah.

Memohon kebaikan untuk diri dan anak cucu. Dan, memohon ampunan kepada Allah serta menegaskan bahwa diri ini termasuk orang yang berserah diri. Setiap anak tidak lepas keterlibatan dan peran orang tua.

Orang tua sebagai perantara keberadaan kita di bumi ini. Karena itu, orang tua menjadi orang pertama yang patut dimuliakan. Kepatuhan dan berbuat baik kepada orang tua selalu bersanding setelah perintah ketaatan dan kepatuhan kepada Allah. (QS al-Israa: [23], Luqman: 13-14).

Peran orang tua yang dengan segala kepayahannya mengandung, melahirkan, serta menyusui satu dasar kuat bahwa setiap anak yang terlahir patut mensyukuri akan hal ini. Tentu kesadaran berbuat baik kepada orang tua tidak serta merta tumbuh dalam diri anak.

Namun seiring waktu, bertambahnya kekuatan untuk berpikir, merenung, dan bertambahnya ilmu dan pengalaman yang telah dilalui, sampai kepada masa dewasa dan usia 40 tahun ini masa untuk meningkatkan penyadaran dan perilaku syukur dan berbuat baik.

Bersyukurlah kepada Allah dan memohon untuk diberi petunjuk untuk cara berbuat syukur. Karena, tidak ada syukur yang sempurna yang dapat kita lakukan, bahkan satu langkah pun dalam syukur yang mampu kita lakukan kecuali atas pertolongan Allah.

Upaya diri dalam melakukan kebaikan, ada harapan agar kebaikan yang dilakukan juga dapat diberikan kepada keturunan selanjutnya, yaitu anak dan cucu untuk senantiasa berbuat baik. Mengharap kesalehan diri dan keturunan menjadi harapan setiap Muslim.

Tali-temali keturunan orang tua, anak, dan cucu yang terhubung dengan tali Allah, artinya ada dalam barisan yang berserah diri kepada Allah. Berapa pun usia, sesungguhnya kita sedang berjalan kembali kepada Allah. Wallahu alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement