Kamis 06 Dec 2018 06:36 WIB

Nasib Anak Kita

Butuh sinergi orang tua dan sekolah sebagai pilar pendidikan anak,

Anak SD yang pamit sekolah dengan ibunya (ilustrasi).
Foto: Republika/Musiron
Anak SD yang pamit sekolah dengan ibunya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Hasan Basri Tanjung

Setiap kali menjelang pergantian Tahun Baru Masehi, banyak orang tua yang khawatir akan sesuatu yang buruk menimpa anak-anaknya. Apa hendak dikata, telanjur sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat kita yang menjadikan momen ini sebagai kegiatan hura-hura. Tidak hanya di kota besar, tetapi juga di pedesaan.

Merayakan malam tahun baru di negeri ini layaknya di Barat yang abai akan adab dan eksistensi sebagai hamba Allah. Pesta pora dan pertunjukan hiburan semalam suntuk di mana-mana. Suasana ini mengundang kemungkaran seperti gerakan LGBT yang mencari mangsa, pergaulan seks bebas, pornografi dan pornoaksi, peredaran narkoba, minuman keras, dan tindak kriminal yang meresahkan.

Bagaimana nasib anak-anak kita jika terjerembap ke lembah durjana ini? Orang tua mesti sadar bahwa skenario global yang sistematis dan masif untuk menghancurkan masa depan anak-anak kian dahsyat. Gerakan tersebut disponsori pihak asing dengan dukungan dana yang sangat besar. Mereka gunakan cara yang halus dan menarik sehingga kita terbawa arus tanpa sadar. Dukungan terhadap penyimpangan sosial yang dianggap sebagai ekspresi kebebasan yang harus dihormati adalah hasilnya.

Abu Said Al-Khudri RA bercerita, suatu hari Nabi SAW berpetuah, "Sungguh, kalian akan benar-benar mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke lubang biawak pun kalian pasti akan mengikutinya."

Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?" Beliau SAW menjawab, "Siapa lagi kalau bukan mereka?" (HR Muslim). Nabi SAW pun mengingatkan agar umatnya jangan mengikuti tradisi mereka karena menyerupai suatu kaum berarti sama saja (HR Abu Daud).

Lingkungan sosial yang buruk saat ini memaksa orang tua meningkatkan perhatian terhadap anak. Saatnya orang tua bersikap tegas untuk berkata, "Jangan," ketika anak mengikuti kegiatan yang merusak dirinya. Ayah bertanggung jawab menjaga anak agar terhindar dari sengsara (QS 66:6).

Umar bin Khattab RA bertanya kepada Nabi SAW. "Kami telah memelihara diri dari neraka, dan bagaimana caranya memelihara keluarga?" Nabi SAW menjawab, "Tanhawnahum 'amma nahaakumullahu wa ta`muruhum bimaa amarallahu". (Kamu laranglah mereka dari segala perbuatan yang dilarang Allah dan kamu suruhlah mereka mengerjakan apa yang diperintahkan Allah).

Demikian dijelaskan oleh Prof Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar. Alangkah baik jika terjalin sinergi antara orang tua dan sekolah sebagai pilar utama pendidikan anak. Sekolah melarang merayakan pergantian tahun baru, meniup terompet, dan menyalakan petasan. Orang tua pun mendampingi mereka di rumah dengan kegiatan positif. Apatah lagi ketua RT/RW, kepala desa, camat, bupati, dan wali kota mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat dan bermartabat. Allahu a'lam bishawab

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement