Rabu 05 Dec 2018 16:10 WIB

Mempertahankan Kemuliaan Hidup

Setiap manusia, ingin memperoleh kehidupan mulia.

Berdoa Ilustrasi
Foto: Antara
Berdoa Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Usep Romli HM

JAKARTA -- Setiap manusia, ingin memperoleh kehidupan mulia. Dalam arti, memiliki kedudukan yang mapan secara lahiriah (materialfinansial) dan batiniyah (moral-spiritual) di tengah lingkungan keluarga dan masyarakat. Sehingga ada semboyan populer 'isy kariman, awu mutsyahidan'. Hidup mulia atau mati syahid.

Hidup dihiasi perbuatan-perbuatan bermanfaat, baik yang bersifat vertikal berupa ketaatan kepada Allah SWT, menjalankan segala perintah-Nya sekaligus menjauhi larangan-Nya, maupun bersifat horizontal. Berbuat amal saleh, kebajikan, yang ikhlas tanpa pamrih, sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya, kepada sesama manusia. Sedangkan ketika mati, mencapai nilai syahid, berkat sikap dan perilaku ketika menjalani tugas kewajiban di muka bumi.

Kemuliaan itu seluruhnya kepunyaan Allah. Kepada-Nyalah naik kalimat-kalimat yang baik dan amal saleh mengangkatnya (QS Fathir: 10). Menurut para salafush shalihin, syarat memperoleh bagian dari kemuliaan (izzah) adalah keimanan dan ketakwaan. Iman merupakan fondasi untuk menancapkan pilar-pilar takwa. Dan takwa itulah yang menjadi tangga pencapaian kemuliaan hidup di dunia kini dan di akhirat kelak.

Dalam takwa itu terdapat 'kalimat yang baik' (kalimatuth thayyibah). Perilaku yang serbabagus, mulai dari niat, ucapan, hingga tindakan. Semua menunjukkan kerendahhatian, sopan-santun, lemah-lembut, kasih sayang, tunduk, dan patuh kepada aturan-aturan Allah SWT. Dirumuskan oleh para ulama salafus shalihin, 'kalimat yang baik' meliputi doa, zikir, membaca Quran, dan lain-lain, yang berkaitan dengan ibadah ritual.

Hubungan dengan Allah SWT (hablum minallahi), serta perbuatan-perbuatan baik dan bajik terhadap sesama manusia (hablum minannasi). Maka antara 'kalimat yang baik' dengan perbuatan baik dan bajik atau amal saleh, tidak terpisahkan satu sama lain dalam menghasilkan kemuliaan dari Allah SWT. Tegasnya, 'kalimat yang baik' yang merupakan presentasi hubungan dengan Allah SWT, tidak sempurna tanpa amal saleh yang merupakan wujud hubungan dengan sesama manusia. Ibadah ritual akan terangkat berkat ibadah sosial (amal saleh).

Orang yang sudah beruntung mendapat kemuliaan dari Allah SWT dalam bentuk harta kekayaan, pangkat, jabatan, ketinggian ilmu, ketekunan ibadah, serta bentuk-bentuk lain yang menjadi ciri kehormatan diri serta penghormatan orang lain, harus mampu mempertahankannya hingga akhir hayat. Jangan sampai ternodai oleh hal-hal yang dapat menghancurkan nilai kemuliaan itu. Terutama sikap lupa diri dan penyalahgunaan wewenang. Tumpuan fondasi iman dan takwa jangan digoyahkan oleh perilaku-perilaku yang menyimpang dari 'kalimat thayyibah' dan amal saleh.

Kejatuhan seseorang dari kemuliaan hidup yang sudah diperolehnya, akan muncul hanya karena menyimpang dari prinsipprinsip 'kalimat thayyibah' dan amal saleh. Merasa kuat, kaya, tampan, dan lain sebagainya, seolah-olah milik pribadi. Lupa bahwa itu hanya pinjaman atau titipan dari Allah SWT yang diberikan berkat 'kalimat thayyibah' dan amal saleh. Begitu 'kalimat thayyibah' dan amal saleh hilang, hilang pulalah kemuliaan itu dalam sekejap. Peringatan dari Allah SWT, sangat jelas: "Dan orang-orang yang membuat rencana jahat, bagi mereka azab yang keras, serta rencana jahat mereka akan binasa" (QS Fathir: 10).

Artinya, orang-orang yang bermaksud menyelewengkan kemuliaan yang ada pada dirinya, untuk memuaskan hawa nafsu, mengumbar perilaku sewenang-wenang, dan tindakan tercela lainnya, segera akan dicabut kemuliaannya. Anggapan untuk mempertahankan kemuliaan dengan mencederai 'kalimat thayyibah' dan amal saleh, adalah salah sama sekali. Allah SWT sebagai pemilik kemuliaan, tidak akan tinggal diam. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Termasuk mencampakkan manusia yang hari ini mulia, besok hina dina.

Maka itu, tidak ada jalan lain bagi orang yang sudah mencapai kemuliaan, untuk mempertahankannya dengan memelihara 'kalimat thayyibah', yang menjadi pertanda hablum minallah dan amal saleh (hablum minannasi).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement