Jumat 21 Sep 2018 15:27 WIB

Cara Nabi Balas Hinaan

Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling mulia akhlaknya

Rasulullah
Foto: Wikipedia
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abdul Syukur

Nabi Muhammad SAW adalah orang yang paling mulia akhlaknya, sampai-sampai Allah SWT memujinya dan mengabadikan pujiannya tersebut dalam Alquran, “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”. Pertanyaannya, pantaskah manusia yang dipuji Allah SWT dalam Alquran akan melakukan kekejian atau kehinaan yang selama ini sering disematkan oleh musuh-musuh Beliau?

Jawabannya, tentu tidak. Hanya, biasanya orang menghina orang lain dilatarbelakangi beberapa motif. Pertama, orang biasanya menghina orang lain karena tidak tahu hakikat orang yang dihinanya, bagaimana kondisi sebenarnya orang yang dihina tersebut, dan seperti apa sepak terjang dia yang sesungguhnya. Hal ini bisa berangkat dari informasi yang salah atau informasi yang tidak lengkap tentang orang yang dihinanya tersebut.

Kedua, orang biasanya menghina orang lain karena benci, iri, dengki, dan perasaan buruk lainnya karena ia tidak memiliki atau tidak seperti orang yang dihinanya tersebut. Motif ini yang paling sering menjadi penyebab seseorang menghina orang lain. Sehingga, tidak ada gunanya ia mendapat informasi yang utuh dan menyeluruh tentang orang yang dihinanya karena fondasi dasarnya dalam menilai orang lain sudah berangkat dari rasa benci.

Ketiga, seseorang biasanya menghina orang lain karena orang yang dihina memang melakukan hal-hal hina yang pantas dibenci dan dihina.

Di antara ketiga motif di atas hanya motif ketiga yang tidak mungkin menjadi penyebab kebencian seseorang kepada Nabi Muhammad SAW. Karena, semasa hidupnya Beliau tidak pernah menyakiti orang lain sehingga lebih tidak mungkin lagi jika Beliau akan menyakiti orang lain setelah Beliau meninggal dunia. Dengan demikian, kemungkinannya hanya dua motif pertama yang menjadi penyebab seseorang menghina Nabi Muhammad SAW.

Pertama, orang bisa menghina Nabi Muhammad karena ia tidak tahu Nabi Muhammad yang sebenarnya. Sebab, informasi yang sampai kepadanya telah mengalami pencemaran atau malah diputarbalikkan. Apalagi, kemudian ada pihak-pihak yang mengaku pengikut Nabi Muhammad yang malah menguatkan informasi yang salah tersebut.

Kedua, orang juga bisa menghina Nabi Muhammad karena benci terhadap Beliau. Penyebab kebenciannya bisa bermacam-macam, bisa karena iri dengan pencapaian Beliau, bisa juga iri karena Beliau tidak termasuk golongan mereka, seperti yang pernah dilakukan orang-orang Yahudi pada masa Beliau.

Dalam kisahnya, serombongan orang-orang Yahudi mengunjungi Nabi Muhammad SAW dan mengucapkan, “Kecelakaan bagimu (Muhammad).” Aisyah, istri Nabi yang ada di dekatnya tidak terima suaminya didoakan tidak baik oleh rombongan tersebut. Ia kemudian membalasnya, “Kecelakaan dan laknat Allah bagi kalian.” Mendengar balasan Aisyah tersebut, Nabi menenangkan istrinya, “Santai saja wahai Aisyah, sesungguhnya Allah menyukai kasih sayang dalam setiap hal.”

Aisyah mengingatkan Nabi tentang apa yang diucapkan orang-orang Yahudi yang menghinanya, “Apakah engkau tidak mendengar apa yang mereka katakan tentangmu wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Aku sudah menjawabnya: Dan juga bagi kalian.”

Sangat singkat jawaban Nabi terhadap orang-orang yang menghinanya, “Dan juga bagi kalian.” Bukan hanya tidak menjawab lebih, Nabi juga melarang orang lain termasuk orang tersayangnya untuk membalas lebih dari apa yang dilakukan oleh orang yang menghinanya.

Alasannya tidak lain karena seperti sabda Beliau, “Ampunilah kaumku ya Allah! Sesungguhnya mereka (menghina/menyakitiku) karena tidak tahu.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement