REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Usep Romli HM
Sejak dahulu, sampah sudah menjadi masalah utama. Menjadi musuh lingkungan dan musuh manusia. Sampah sulit diatasi, setara dengan masalah-masalah lain yang juga sulit diatasi. Upaya melawan sampah, selalu terbentur banyak hal. Ketiadaan sistem yang memadai, keterbatasan lahan pembuangan, serta biaya angkut yang mahal. Belum lagi soal mengolahnya dengan cara mengubah sampah menjadi hal-hal bermanfaat dalam jumlah besar.
Pada Abad Pertengahan, zaman Dinasti Abbasiyah (754-1258), kota metropolitan Baghdad, terutama sejak masa Sultan Harun ar-Rasyid (766-809), pernah dilanda sampah. Di balik gemerlap cahaya "seribu satu malam", sampah terus menggunung. Keharuman aroma parfum berseliweran dengan busuk sengak uap sampah.
Sultan al-Ma'mun (833-842) berhasil melawan sampah. Berkat bimbingan Bisyr bin Harisy (767-841), ulama pendiri gerakan "bersih diri" (tazkiyatun nafs), yang terbatas di lingkungan komunitas santri-santrinya, kemudian dijadikan program nasional di seluruh wilayah kekuasaan Abbasiyah.
Garapan pokoknya adalah membersihkan hati dari segala sifat rendah dan hina, seperti iri, dengki, khianat, dan sejenisya (attakhalli minarrajail), menghias hati dengan segala keutamaan terpuji (attajjali bil fadail) seperti baik sangka, tulus ikhlas, dan lain-lain. Serta memurnikan hati dari apa saja selain Allah (attabbari amma siwalah), yaitu menegakkan sebenar-benarnya tauhid.
Hanya dalam waktu singkat, al-Ma'mun beserta aparatnya, dari tingkat elite hingga tingkat alit, menjalani pola "hidup bersih", sesuai petunjuk Bisyir, sampah mulai berkurang. Baghdad dan kota-kota lain berangsur-angsur bersih. Bebas sampah.
Model seperti itu, seharusnya mampu diterapkan se ka rang. Sesuai dengan tujuan hidup bersih seluruh anak bangsa. Dimulai dari makan, minum, berpakaian, mencari dan menggunakan harta dengan cara bersih, ikhlas, jujur. Menghindari segala hal yang serba "sampah" di segala bidang kehidupan. Yang mengandung unsur tipu-menipu, patgulipat, kongkalikong, hoaks, dan seterusnya yang didasari ambisi dan keangkuhan dapat merusak tatanan kehidupan yang dicita-citakan baik serta bagus.
"Kotoran hanya suka mendekat kepada yang kotor. Termasuk diri kita. Jika kita bersih, yang kotor-kotor, termasuk sampah, akan menjauh," demikian kata Bisyir Harist, seorang sahabat dekat Imam Ahmad bin Hambal, pendiri mazhab fikih Hambali yang termasyhur itu.