Kamis 18 May 2017 12:15 WIB

Giat Bekerja

Muslimah bekerja (ilustrasi).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Muslimah bekerja (ilustrasi).

Oleh: Imam Nur Suharno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari Ka'ab bin Ujrah, ia berkata, "Seorang laki-laki melewati Nabi SAW dan para sahabat melihat keuletan serta kerajinannya." Kemudian mereka mengatakan, "Wahai Rasulullah, apakah lelaki ini berada di jalan Allah?" Rasulullah SAW bersabda, "Jika ia keluar bekerja untuk (memenuhi kebutuhan) anaknya yang masih kecil maka ia berada di jalan Allah."

"Jika ia keluar bekerja untuk (memenuhi kebutuhan) kedua orang tuanya yang sudah renta maka ia berada di jalan Allah. Jika ia keluar bekerja (memenuhi kebutuhan) dirinya agar tidak meminta-minta maka ia berada di jalan Allah, dan jika ia keluar bekerja untuk kesombongan dan riya maka ia berada di jalan setan." (HR Thabrani).

Hadis di atas menunjukkan bahwa Islam sangat mendorong umatnya untuk giat bekerja, bukan menjadi pengangguran, sehingga menjadi beban bagi orang lain.

Dalam banyak ayat Alquran pun mendorong seseorang agar giat bekerja. Seperti, "Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu..." (QS al-Baqarah [2]: 29). "Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya..." (QS al-Mulk [67]: 15).

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS al-Jumuah [62]: 10).

Selain untuk memenuhi kebutuhan diri, keluarga, dan orang tua, ada banyak keutamaan yang akan didapat seorang mukmin yang giat bekerja. Maka itu, bersungguh-sungguhlah dalam bekerja.

Pertama, meraih cinta Allah. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai orang mukmin yang bekerja." (HR Thabrani, Baihaqi, dan al-Mundziri).

Kedua, diampuni dosanya. Nabi SAW bersabda, "Barang siapa bersore hari dalam kondisi kelelahan karena pekerjaan yang dilakukannya maka ia bersore hari dalam keadaan diampuni (oleh Allah)." (HR Thabrani, al-Mundziri, dan al-Ashbahani).

Ketiga, disejajarkan kedudukannya dengan para syuhada. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda, "Pedagang yang amanah dan benar akan bersama dengan para syuhadak di hari Kiamat nanti." (HR Ibnu Majah dan Al Hakim).

Keempat, sebagai mujahid di jalan Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka ia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah." (HR Ahmad).

Semoga Allah memberikan kekuatan dan kesehatan kepada kita para laki-laki (suami) agar dapat menafkahi anak dan istri (keluarga) dari penghasilan yang halal, dan menjadikan anak dan istri yang pandai bersyukur atas usaha para suami. Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement