Senin 23 Jan 2017 08:34 WIB

Yunan Nasution, Syahrir, HAMKA: Kisah dalam Penjara Era Sukarno

Orang-orang yang pernah dipenjara Sukarno. Dari kiri ke kanan: Mochtar Lubis, M Yunan Nasution, HJ Princen, K.H. Isa Anshary, E.Z. Muttaqien, dan (?) di penjara Jl Keagungan, Jakarta.
Foto: dok. istimewa
Orang-orang yang pernah dipenjara Sukarno. Dari kiri ke kanan: Mochtar Lubis, M Yunan Nasution, HJ Princen, K.H. Isa Anshary, E.Z. Muttaqien, dan (?) di penjara Jl Keagungan, Jakarta.

Oleh: Lukman Hakiem*

Inilah kenang-kenangan HM Yunan Nasution (1913-1996) dari penjara rezim Orde Lama.
 Sektetaris Jenderal partai politik Islam Masyumi itu dijemput di rumahnya, di bilangan Cipinang Cempedak, Polonia, Jakarta Timur, oleh Polisi Milter dipimpin seorang perwira berpangkat kapten, menjelang Subuh, Rabu 16 Januari 1962.

Kepada Yunan, perwira berpangkat Kapten itu menyerahkan surat perintah dari penguasa perang tertinggi (Peperti) untuk menangkapnya. Yunan paham apa yang sedang menimpa dirinya dan bergegas mempersiapkan sekadar pakaian yang perlu dibawa, peralatan mandi, kitab suci Alquran, dan beberapa buku.

Menjelang berangkat, istri Yunan bertanya mau dibawa ke mana suaminya itu. Sang Kapten menjawab lugas: "Ke Mess CPM di Jalan Hayam Wuruk."

Pada saat itu, Yunan pun segera berbisik kepada istrinya agar memberi tahu peristiwa menjelang fajar itu kepada teman-teman dekat antara lain Ketua Umum Masyumi Prawoto Mangkusasmito, dan Wakil Ketua Masyumi Mr Mohamad Roem.

Setiba di Mess CPM, perwira penjemput mempersilakan Yunan untuk beristirahat sambil berkata: "Di sebelah kamar Bapak, sudah ada Pak Subadio Sastrosatomo."

Mendengar nama Subadio, Yunan langsung paham, penangkapan ini berlatar belakang politik. Subadio adalah tokoh Partai Sosialis Indonesia (PSI).

Sesudah mandi dan shalat Subuh, Yunan duduk-duduk di depan kamar tahanannya. Di beranda salah satu kamar, terlihat Mohamad Roem. Tidak berapa lama kemudian, muncul pula Ketua Umum PSI dan mantan perdana menteri Sutan Sjahrir.

Setelah itu, keluar pula dari salah satu kamar, Prawoto Mangkusasmito. Agak siang sedikit, datang sebuah mobil, dan dari mobil itu turun bekas menteri luarnegeri Anak Agung Gde Agung.

Setelah memerhatikan wajah-wajah yang muncul di Mess CPM, Yunan makin yakin, ini adalah penangkapan politik dengan sasaran tokoh Partai Masyumi dan PSI. Beberapa hari kemudian "bergabung" pula di Mess CPM, pegawai tinggi Bank Indonesia Ir Ondang, dan tokoh Masyumi yang sangat antikomunis, KH Isa Anshary.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement