Kamis 10 Nov 2016 13:15 WIB

Hati yang Rindu akan Tuhan

Allah/Ilustrasi
Allah/Ilustrasi

Oleh: Nurul Lathiffah

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Menjadi orang tulus itu sangat sulit. Meski demikian, jangan pernah berhenti untuk berusaha menjadi orang yang tulus, ikhlas, dan berhati putih. Baiklah, jika berbuat baik kepada orang yang membenci kita masih sulit, setidaknya mari kita menahan diri untuk tidak membalas keburukan dengan hal yang sama.

 

Allah SWT apabila mencintai hamba-Nya selalu mengilhamkan kasih sayang, persaudaraan, dan iman yang bercahaya. Hamba yang Ia cintai selalu merasa bahwa hidup di dunia teramat singkat. Sehingga, tidak ada waktu untuk mempermasalahkan sikap buruk orang lain. Hamba yang menjadi kekasih Allah SWT selalu ingin mendapat limpahan kasih sayang-Nya.

Hati yang rindu akan Tuhan selalu ingin berbuat baik kepada manusia, tanpa mengharap balasan. Dalam bahasa psikologi, hal ini dinamakan unconditional positive regards (penerimaan positif tanpa syarat). Sedangkan, dalam tataran agama, sikap ini disebut ikhlas. Ikhlas adalah sikap tak mengharap balasan dari manusia. Orang berhati ikhlas akan selalu beribadah, bekerja, dan berkarya semata-mata karena dan untuk Tuhan.

Maka, ia tak merasa sedih jika dicaci manusia lainnya, dianggap hina, dan diremehkan. Ia hanya berpusat pada keinginan untuk mencapai ridha Tuhan. Jika seseorang mengalami fase kehidupan beriklim keikhlasan, tak ada alasan bagi dirinya untuk bersedih. Sebab, ia yakin bahwa hidup dan matinya hanya untuk Allah SWT. Ia pun tak merasa sedih dengan ujian sebab ia meyakini bahwa Allah SWT akan meningkatkan derajat takwa bersama dengan musibah yang menimpa.

Andai setiap waktu kita merasa rindu pada-Nya, tentu tak ada ruang dan waktu untuk berpaling dari-Nya. Sebab, hati yang rindu Tuhan mendambakan perjumpaan indah dengan-Nya dan itu harus dibayar dengan tiket amal saleh. Hati yang rindu akan Tuhan selalu diliputi kesabaran, ketegaran, dan keteguhan. Ia tidak takut pada siapa pun, kecuali Allah SWT.

Meski begitu, rasa tidak takut selain kepada-Nya hanya akan bermetamorfosis menjadi akhlak mulia. Ia tidak takut pada apa saja, tetapi selalu mencoba bersikap penuh kasih dan santun. Sebab, ia yakin bahwa sikap penuh kasih dan santun akan membawa pada keridhaan Tuhan. Akhlak mulia selama di dunia akan menjadi bekal terbaik menghadap-Nya.

   

Hati yang rindu akan Tuhan merupakan hati yang istimewa. Ia akan tetap tenang ketika ujian bertubi-tubi menghantam sebab hati yang tenang menafsirkan ujian sebagai bentuk kasih sayang Tuhan. Hati yang rindu akan Tuhan akan selalu dipayungi kesabaran sebab ia meyakini bahwa kesabaran akan berakhir indah di akhirat. Hati yang rindu akan Tuhan tidak selalu rindu kematian, tetapi ia menghajatkan ridha Tuhan.

Hati yang rindu akan Tuhan selalu mengharapkan hidup yang bermanfaat bagi orang lain sehingga pada pengujung usia ia dapat gagah mempertanggungjawabkan segala karunia Tuhan. Mari menjadikan hati selalu rindu pada-Nya dengan menghayati firman-Nya, "Wahai jiwa yang telah mencapai ketenteraman, kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan ridha dan diridhai. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS al-Fajrayat: 27-30).

Semoga kita senantiasa memiliki hati yang rindu pada-Nya, hati yang muthmainnah nan indah. Dengan hati yang tenang, hakikatnya kebahagiaan akan teraih, baik di dimensi masa kini maupun dimensi esoteris. Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement