Rabu 19 Oct 2016 11:09 WIB

Dua Surga

Umar bin Khattab
Foto: Al Arabiya
Umar bin Khattab

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ali Farkhan Tsani

Suatu ketika, seorang pemuda pada zaman Khalifah Umar bin khaththab yang rajin datang ke masjid shalat berjamaah, tertegun hatinya, berdetak jantungnya ketika melihat seorang gadis Muslimah. Jiwa mudanya bergelora, bisikan nafsunya mencoba menggoda imannya, dan peluang itu pun datang.

Ia tak menyia-nyiakan kesempatan itu, untuk menyatakan isi hatinya yang tertambat pada gadis Muslimah itu. Namun seketika iman kuat dalam jiwanya menyadarkannya, bahwa bukan begitu caranya mengungkapkan isi hati.

Tidak dengan berduaan, karena yang ketiga adalah setan, serta tidak dengan berpacaran melanggar batas (hijab) antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Pemuda itu tersentak dan tersadar akan apa yang baru saja diucapkannya.

Lalu segera ia meninggalkan gadis Muslimah itu. Sesaat ia menyendiri dan menyesali diri. Ia pun menghela nafas panjang dan dalam serta “brug...!” ia terjatuh pingsan. Pamannya yang mengetahui keadaannya, bersama beberapa jamaah setempat, membawanya pulang ke rumahnya.

Setelah sadar, pemuda itu berkata :”Wahai paman, temuilah Khalifah Umar dan sampaikan salamku kepadanya. Juga tanyakan kepadanya, apakah balasan orang yang takut saat bertemu Tuhannya?”

Lalu, setelah pamannya menanyakan kepada Khalifah Umar dan Umar memberikan jawabannya. Tak lama setelah itu, sang pemuda saleh meninggal dunia, menghadap Tuhannya.

Jawaban Umar adalah, ”Ia akan mendapatkan dua surga.” Ternyata, bagi orang yang takut kepada Allah SWT, dalam arti selalu berusaha menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan maksiat, ia akan mendapatkan bukan hanya satu surga, tapi dua surga.

Seperti contoh pemuda saleh tadi. Ini seperti Allah SWT janjikan di dalam firman-Nya, “Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya, ada dua surga.” (QS ar-Rahman [55]: 46).

Orang yang takut kepada Allah SWT, dalam pandangan Ibnu Katsir adalah mereka mampu menahan hawa nafsu, tidak terpedaya urusan dunia, menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan Allah SWT.

Maka, bagi orang seperti itu, kelak pada hari pembalasan akan dikaruniai Allah SWT dengan dua surga. Mereka mendapatkan dua surga, yakni surga sebagai balasan menunaikan ketataan, dan satu surga sebagai balasan meninggalkan kemaksiatan.

Begitulah, sehingga Imam Al-Qurthubi pun sampai menyebutkan, bahwa surga yang diberikan itu berjumlah dua, agar kebahagian hamba tersebut berlipat ganda dengan berpindah-pindah dari satu surga ke surga lainnya.

Rasulullah SAW menggambarkan bagaimana dua surga itu dengan kalimat, “Dua surga yang bejana dan semua yang ada di dalamnya terbuat dari perak, dan dua surga yang bejana dan semua yang ada di dalamnya terbuat dari emas. Dan jarak antara suatu kaum dan kesempatan mereka melihat Tuhannya hanyalah selapis selendang kebesaran pada wajah-Nya di Surga ‘Adn.” (HR Bukhari).

Demikianlah, tentu tidak mudah memang untuk menggapai rasa takut kita kepada Allah SWT, dan untuk menjauhi godaan kemaksiatan yang ada di depan mata dan terbuka kesempatan untuk itu. Saat iman menipis, goadaan syahwat justru menguat.

Saat diri lemah tak berdaya dan memerlukan harta, dihadapkan pada kesempatan berbuat korup yang tak diketahui orang lain, kecuali dirinya dan Tuhannya.

Justru di saat seperti itulah, Allah SWT janjikan dengan dua surga abadi. Bukan surga semu, kenikmatan sesaat, yang hanya akan menghalau ke jurang nista dunia dan neraka akhirat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement