REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Imam Nawawi
Umat Islam merupakan umat yang terbaik. Di dalam Alquran ditegaskan, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS [3]: 110).
Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda, “Kalian sebanding dengan 70 umat dan kalian adalah sebaik-baik dan semulia-mulia umat bagi Allah.” (HR Tirmidzi). Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan, kemuliaan umat Islam tidak lain karena kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad adalah makhluk paling terhormat dan Rasul paling mulia di sisi Allah SWT. Beliau diutus Allah dengan syariat yang sempurna nan agung yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabi dan Rasul sebelumnya.
Oleh karena itu, derajat terbaik dari kalangan umat Islam ini ada pada mereka yang konsisten mengikuti ajaran Rasulullah dengan terus-menerus melakukan amar makruf nahi mungkar sebagaimana telah diteladankan oleh manusia paripurna itu (QS al-Ahzab [33]: 21).
Amar makruf nahi mungkar tentu sangat luas cakupannya. Karena itu, setiap Muslim berpeluang untuk mengamalkan perintah agung tersebut. Amar makruf bisa diwujudkan dengan mengajak manusia pada keimanan dan ketakwaan dengan cara-cara yang telah disyariatkan oleh-Nya. (QS [16]: 125).
Sementara nahi mungkar bisa kita amalkan dengan cara mengajak umat Islam menjauhi hal-hal yang dapat mengundang kemurkaan Allah SWT. Dalam hal nahi mungkar, Rasulullah juga telah memberikan panduan yang sangat jelas untuk umatnya.
“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dia mengubah hal itu dengan lisannya. Apabila tidak mampu lagi, hendaknya dia ingkari dengan hatinya dan itulah bentuk selemah-lemah iman.” (HR Muslim).
Berangkat dari hal itu, kriteria umat terbaik itu akan tetap kita miliki, hanya apabila kita mau melakukan amar makruf nahi mungkar secara beriringan. Tidak sekadar amar makruf tetapi tidak nahi mungkar. Atau, sekadar mencegah yang mungkar tetapi tidak mengerjakan yang makruf (kebaikan).
Imam Qatadah, sebagaimana dikutip Ibnu Katsir dalam tafsirnya, menjelaskan, suatu waktu Umar bin Khattab pernah berkata, “Barang siapa yang ingin menjadi bagian dari umat ini (umat terbaik), maka ia harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan Allah dalam ayat tersebut.” (HR Ibnu Jarir).
Namun demikian, amar makruf dan nahi mungkar bisa berjalan efektif manakala umat Islam sendiri memang memiliki identifikasi diri yang pasti dengan ajaran Islam secara keseluruhan (kafah). Karena, mustahil sapu yang kotor bisa digunakan untuk membersihkan lantai yang juga kotor.
Rasulullah memerintahkan umatnya untuk konsisten mengikuti sunahnya. Jika tidak, dia ibarat penjual obat yang hanya bisa menawarkan obat penyembuh, tapi tidak bisa mengobati penyakitnya sendiri.
Apabila keteladanan itu jauh dari umat Islam maka tidak saja kegagalan yang akan diperoleh, tetapi juga kemurkaan Allah SWT (QS [61]: 3). Karena secara prinsip, amar makruf nahi mungkar, mensyaratkan keteladanan yang merupakan akar dari segala kemuliaan.