Jumat 22 Sep 2017 15:43 WIB

Seorang Muslim Menjadi Komunis, Bolehkah?

Rep: A Syalabi Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Waspada Bahaya Komunis: Pengunjuk rasa membentangkan spanduk berisi penentangan terhadap komunisme (Ilustrasi).

Mereka pun tidak dapat mengatakan bahwa langit dan bumi tercipta oleh diri sendiri atau tercipta tanpa ada yang mencipta kannya. Demikian, logika tidak memungkinkan untuk mengata kan bahwa mereka yang menciptakan langit dan bumi. Hal ini mengendap dalam benak mereka sebagai pertanyaan dinamis yang harus memiliki jawaban.

Quraish Shihab dalam Tafsir Al Mishbah menjelaskan, ayat tersebut seolah mempertanyakan apakah manusia diciptakan tanpa sesuatu yang hidup, sehingga mereka layaknya benda tak bernyawa. Dengan demikian, mereka tidak perlu menyembah Allah dan tidak juga akan diminta pertanggungjawaban?

Jawabannya tidak! Atau apakah mereka diciptakan tanpa tujuan dan hanya merupakan kesia-siaan, sehingga tidak akan diberi balasan dan ganjaran? Apa pun maknanya, yang jelas jawaban pertanyaan ini adalah tidak.

Sedangkan, firman-Nya pada ayat 36 dapat juga berarti: Apa kah mereka yang menciptakan alam raya ini dan dengan demi ki an mereka adalah tuhan-tuhan yang tidak perlu menyembah se suatu? Tidak! Bukan mereka yang menciptakannya dan mereka pun menyadari hal tersebut. Mereka enggan beriman karena memang mereka tidak mau percaya kepadamu, wahai Nabi Muhammad. Apa yang ada dalam ayat ini terasa relevan dengan prinsip komunisme sekarang.

Syekh Yusuf Qaradhawi dalam Fiqih Kontemporer menjelaskan, komunisme merupakan paham materialis yang tidak mengakui sesuatu kecuali bersifat kebendaan dan terjangkau bagi pancaindra. Komunisme juga tidak mengakui sesuatu yang ada di balik materi (immateri). Mereka tidak beriman kepada Allah, tidak percaya kepada akhirat, dan perkara gaib lainnya.

Syekh Qaradhawi pun berpendapat, seorang Muslim berpaham komunis adalah murtad atau keluar dari Islam. Meski, jika si komunis itu hanya mengambil sisi sosial dan ekonomi dari sisi komunisme, bukan dari sisi agama. Menurut Qaradhawi, yang demikian itu sudah cukup menjadikan orang tersebut murtad.

Syekh Qaradhawi beralasan, Islam memiliki ajaran-ajaran yang tegas dan jelas dalam mengatur kehidupan ekonomi. Prinsip ini ditentang oleh komunisme. Contohnya, kepemilikan pribadi, kewarisan, zakat, dan hubungan lelaki dengan perempuan. Hukum-hukum ini merupakan bagian dari prinsip agama di dalam Islam.

Ulama kenamaan Saudi Syekh Muhammad Salih Al Mu najjid men jelaskan, tidak mungkin seorang Muslim bisa menjadi komunis dalam waktu bersamaan. Dua paham ini saling bertentangan. Tidak bisa ada pada satu individu tanpa salah satunya dieliminasi. Barang siapa yang menjadi komunis maka dia bukanlah Muslim.

Menurut Syekh Muhammad Salih, komunisme termasuk bentuk kekafiran yang nyata karena seorang komunis tidak mengakui keberadaan Allah SWT. Mereka pun tidak mengakui adanya du nia yang tidak terlihat. Komunis me juga kerap melecehkan agama Allah dan mencemooh aturan dan nilai-nilai moral di dalamnya.

Akhirul kalam, mengutip dari pernyataan KH Salahuddin Wa hid, komunisme hanya bisa tum buh dan hidup dalam masyarakat yang subur untuk paham itu. Ma sya rakat yang penuh dengan ketidakadilan, kemunafikan, kemiskinan, kebodohan, keterbelakang an, dan berbagai penyakit sosial lainnya.

Untuk memberantas komunisme, kita harus menjawab tantangan itu dengan berjuang menghilangkan lahan yang subur untuk tumbuhnya paham tersebut. Karena itu, umat Islam harus berjihad menghilangkan ketidakadilan, korupsi, kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan penyakit masyarakat lainnya. Wallahu'alam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement