Sabtu 25 Feb 2012 06:58 WIB

Inilah Celah-celah Keharaman dalam Menu Vegetarian

Daging untuk vegetarian
Foto: Time
Daging untuk vegetarian

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh Dyah Ratna Meta Novia

Sepintas, hidangan yang tersaji  di restoran vegetarian itu terlihat seperti daging sapi atau kambing.  Ketika dicium dan dirasakan, aroma dan rasanya pun, laiknya daging sapi atau kambing.  Ternyata, hidangan dengan bentuk, rasa dan aroma daging itu terbuat dari sayur-sayuran.

Ketika berada di sebuah wilayah yang mayoritasnya bukan Muslim, restoran vegetarian biasanya menjadi pilihan. Alasannya, restoran itu tak menyajikan menu berbahan daging yang diragukan kehalalannya. Namun, benarkah aneka hidangan vegetarian itu benar-benar dijamin kehalalannya?

Ternyata, umat Muslim pun perlu lebih berhati-hati dalam mengonsumsi hidangan vegetarian. ‘’Pada kondisi normal, lebih baik kita perhatikan lebih seksama. Siapa tahu ada komponen yang bermasalah,’’ ungkap Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI), Lukmanul Hakim.

Menurut dia, ada beberapa alasan orang memilih menu vegetarian. Pertama alasan keyakinan, yang datang dari para penganut agama tertentu yang melarang pemeluknya mengkonsumsi hewan. Kedua, alasan kesehatan,  semakin banyak orang yang mengalami gangguan obesitas atau penyakit lainnya yang disebabkan oleh menu hewani.

‘’Alasan ketiga adalah masalah selera, banyak orang ingin mencoba-coba saja menu yang dirasakan aneh dan unik tersebut,’’ ujar Lukmanul. Dari aspek keyakinan, sebenarnya ada beberapa aliran vegetarian. Ada aliran vegetarian absolut, yang sama sekali tidak mengizinkan semua bentuk hewan dan produk turunannya.

Selain itu, ada pula aliran lain yang  masih memperbolehkan produk susu dan olahannya dalam menu makanan dan minumannya. Ada pula aliran moderat yang hanya melarang daging hewan, tetapi masih membolehkan produk-produk turunan hewan, seperti gelatin, kaldu dan sebagainya.

‘’Banyaknya aliran vegetarian itu menimbulkan kebingungan tersendiri bagi umat Islam yang ingin mencoba menu vegetarian,’’ papar Lukmanul. Apa pasal?  Ternyata, masakan vegetarian beraliran moderat, berpotensi menggunakan kaldu atau produk turunan babi, semisal gelatin.

Dari aspek kesehatan, vegetarian sebenarnya adalah antitesis dari menu yang cenderung berdaging dan berlemak. Banyaknya pola makanan yang kaya daging dan lemak, kerap kali menyebabkan rusaknya keseimbangan pola makan. Akibatnya, cenderung pada obesitas (kegemukan), gangguan kolesterol, tingginya trigliserida dan berakibat pada terganggunya tekanan darah, jantung dan fungsi-fungsi lainnya.

Guna membuat keseimbangan baru, vegetarian tentu saja cukup efektif dan bermanfaat bagi orang-orang yang sudah mengalami gangguan tersebut. Atau orang yang sudah berpotensi dan ingin menghindari akibat negatif ini.

Namun perlu juga diperhatikan ketika mengonsumsi vegetarian sejak kecil, justru bisa menyebabkan ketidakseimbangan lain yang menyebabkan kekurangan zat-zat tertentu pada tubuh. Contohnya kolesterol, sebenarnya pada usia anak dan remaja, zat tersebut sangat dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel otak.

Waspadai Kehalalannya

Menurut Lukmanul, dari aspek kehalalan, ada beberapa hal yang perlu dicermati terhadap menu vegetarian ini. Pertama,  konsumen  harus mengetahui, aliran vegetarianyang dianut pengelola restoran tersebut. Apakah absolut atau moderat?  Jika moderat,  tentu saja kita harus melihat secara lebih teliti bahan-bahan apa saja yang ditambahkan dalam menu masakan tersebut.

Untuk vegetarian yang absolut pun kita masih harus melihat lebih dalam lagi ke resep inti dari masakan tersebut.  ‘’Dari bahan baku, mereka memang tidak menggunakan daging atau sumber hewani lainnya. Termasuk untuk kaldu dan bahan tambahan lainnya. Tetapi untuk mendekati rasa hewani, seperti rasa daging, rasa ayam, rasa ikan dan sebagainya, mereka ternyata juga menambahkan flavor atau pencita rasa yang khusus,’’ papar Lukmanul.

Dari temuan yang pernah didapatkan di sebuah perusahaan makanan vegetarian dari Taiwan, kata Lukmanul,  diketahui bahwa flavor yang digunakannya ternyata menggunakan bahan-bahan turunan hewani. Bahan tersebut memang tidak langsung dari hewan, tetapi menggunakan produk-produk mikrobial yang medianya dari bahan hewani.

 

Misalnya yang banyak digunakan adalah IMP dan GMP yang merupakan produk-produk mikrobial. ‘’Ternyata media yang digunakannya ada yang berasal dari bahan hewani yang tidak halal,’’ ungkap Lukmanul.

Penggunaan minuman keras, kata Lukmanul, perlu diwaspadai dalam menu vegetarian.  Sebab, vegetarian tidak melarang minuman keras, baik untuk diminum maupun digunakan dalam menu masakan. Penggunaan minuman keras ini juga menimbulkan persoalan tersendiri untuk kehalalan.

‘’Jadi jangan langsung menganggap bahwa vegetarian sama dengan, halal. Kalau memang tidak ada alternatif lain, mungkin memang lebih baik memilih vegetarian. Tetapi tetap hati-hati dan waspada,’’ ujar Lukmanul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement