Selasa 15 May 2018 15:48 WIB

Ekspedisi Kemanusiaan Rumah Yatim di Bangladesh

Uluran tangan donatur yang menjadi penyambung hidup pengungsi Rohingya.

Relawan Rumah Yatim Sinu Tontori tengah menyalurkan bantuan kepada anak yatim Rohingya di Bangladesh, belum lama ini.
Foto: Istimewa
Relawan Rumah Yatim Sinu Tontori tengah menyalurkan bantuan kepada anak yatim Rohingya di Bangladesh, belum lama ini.

REPUBLIKA.CO.ID, Pengungsi Rohingya masih berduka. Duka kali ini bukan karena sedang menghadapi agresi militer Myanmar. Namun, kesedihan kali terkait kehidupan mereka di tenda pengungsian yang jauh dari kata layak.

Mulai dari makanan, pakaian, tempat tinggal, hingga kebutuhan obat-obatan yang mereka terima belum memenuhi garis normal. Kondisi itulah yang membuat lembaga kemanusiaan asal Indonesia, yakni Rumah Yatim mengawal kehidupan mereka di Bangladesh.

Pekan lalu, Rumah Yatim mengutus dua relawannya, yaitu Lili Abdurrahman dan Sinu Tontori ke Bangladesh untuk mengecek, dan memastikan terkait duka yang dialami pengungsi Rohingya. Di hari pertama kunjungannya ke Bangladesh, relawan itu langsung berkoordinasi dengan lembaga kemanusiaan bernama Small Kidness di Bangladesh.

Small Kidness merupakan salah satu lembaga kemanusiaan yang fokus menanggulangi anak-anak yatim di Bangladesh. Lembaga ini juga membantu para pengungsi Rohingya yang berada di Bangladesh. Seusai berkoordinasi, kedua lembaga kemanusiaan itu langsung meninjau tenda pengungsian Cox’s Bazar.

Di lokasi pengungsian, mereka menemukan persoalan minimnya ketersediaan sandang, pangan, dan papan yang dialami para pengungsi Rohingya, khususnya para anak-anak. Dari temuan itu, disepakati ada sejumlah program bantuan yang disalurkan untuk pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar. Di antaranya bantuan berupa bahan pokok makanan, yang akan diberikan kepada lebih dari 1.000 kepala keluarga yang berada di pengungsian Cox’s Bazar.

Pada hari kedua, kedua Relawan Rumah Yatim mengunjungi  pengungsi di Bhaluka dan Ghundum. Pada lokasi pengungsian itu, terdapat 10 ribu kepala keluarga (KK) yang kondisinya sangat memprihatinkan. Per KK yang rata-rata terdiri dari enam jiwa itu harus menempati tenda dengan ukuran sembilan meter persegi beratapkan terpal.

photo
Stok Bantuan Rumah Yatim di Bangladesh

Dari lokasi penampungan itu, Abdurrahman dan Sinu melanjutkan kunjungan ke tempat ibadah dan healing care. Di sana, ditemukan ratusan anak-anak yang trauma akibat kekerasan tentara Myanmar. Tak sengaja, Relawan Rumah Yatim itu menengok dapur umum area pengungsian.

Menurut Abdurrahman, kondisi dapur umum pengungsi sangat memprihatinkan . Dapur umum yang sempit itu kurang layak dijadikan tempat mengolah hidangan untuk ribuan pengungsi.

Memasuki hari ketiga, Relawan Rumah Yatim itu menyalurkan bantuan ke Camp Bhaluka dan Ghundum. Bantuan yang diberikan, yaitu 500 paket sembako untuk 500 KK. Melalui bantuan itu, ada sekitar 3.500 orang penerima manfaat.

Satu paket bantuan dari Rumah Yatim seberat 25 Kilogram (Kg) yang terdiri dari beras, minyak, kentang, makanan anak-anak , serta makanan lainnya. Kepada Republika, kedua Relawan Rumah Yatim itu melaporkan bahwa para pengungsi yang ada di Bhaluka dan Ghundum mencapai 19.496 jiwa.

Pada dua camp itu terdapat sekitar 3.550 anak yatim, yang terdiri dari 1.824 laki-laki dan 1.726 perempuan. Di lokasi itupun ada 3.968 ibu hamil dan 12.096 anak balita yang kekurangan pakaian dan bahan makanan. Di Ghundum dan Bhaluka terdapat  122 masjid dan 176 sekolah yang kondisinya kurang representatif.

photo
Berbagi dengan anak yatim Rohingya

Di hari ke-4, Relawan Rumah Yatim kembali mengunjungi dan merealisasikan program bantuan di Kota Cox’s Bazar, khususnya di daerah Ghundum 2 dan Jamtoli B. Di lokasi itu, Rumah Yatim menyalurkan bantuan berupa peralatan kesehatan, mulai dari perlengkapan mandi, handuk dan kelambu.

Menurut Abdurrahman, kelambu sangat dibutuhkan untuk melindungi anak balita dari serangan nyamuk. Mengingat, ungkap dia, lokasi pengungsian itu berada di areal perkebunan dan persawahan.

Memasuki hari kelima, tepatnya Senin (14/5), Tim Relawan Rumah Yatim menyalurkan  500 makanan siap saji berupa masakan daging. Rumah Yatim sengaja menyembelih lima ekor sapi untuk dimasak dan dihidangkan bagi para pengungsi. Tujuannya, yakni untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak yatim di sana.

Penyaluran hidangan dilakukan di Camp Ghundum 3. Di camp itu, terdapat sekitar 10 ribu pengungsi, yang 30 persennya merupakan anak-anak dan balita. Tempat ini dipilih sebagai titik sasaran bantuan makanan sesuai arahan petugas relawan Negara Bangladesh. Relawan Negara Bangladesh itu sengaja ditugaskan untuk mengatur sirkulasi dan distribusi bantuan dari lembaga sosial atau  NGO Internasional.

Kehadiran Tim Relawan Rumah Yatim itu sangat membekas di benak para pengungsi Rohingya. Ibu Rafidoh yang memiliki lima anak, mengucapkan terima kasih kepada Rumah Yatim dan Indonesaia atas bantuan kemanusiannya.

Kepada Relawan Rumah Yatim, Ibu Rafidoh mengaku terharu karena bisa melihat kelima anaknya dengan lahap menyantap makanan siap saji suguhan Rumah Yatim. Dengan cucuran air mata, Ibu Rafidoh berdoa agar semua kebaikan yang dilakukan Rumah Yatim dan Indonesia dibalas Allah SWT.

Menyikapi tangis haru Ibu Rafidoh, Tim Relawan Rumah Yatim Abdurrahman menyampaikan terima kasih kepada para donatur, yang telah memberikan kepercayaan kepada Rumah Yatim. Menurut dia, uluran tangan dari donatur itu sangat berarti bagi mereka.

Diakui Abdurrahman, masih banyak kebutuhan bantuan yang harus ditutupi. Hingga kini, mereka masih membutuhkan uluran tangan dari para donatur. Untuk saat ini, hanya bantuan dari donatur yang bisa memperpanjang hidup mereka.

Keadaan membuat mereka menjadi pasif di area pengungsian. Mereka tersandra di area itu sehingga untuk mencari nafkahpun tidak diizinkan. Kondisiitulah yang membuat Rumah Yatim terpanggil untuk mendampingi mereka dengan bekal kepercayaan para donatur.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement