Rabu 13 Jul 2016 12:38 WIB

Meningkatkan Takwa dengan Teknik 'Role Play'

Trainer mengajarkan cara meningkatkan ketakwaan dengan teknik Role Play.
Foto: azka
Trainer mengajarkan cara meningkatkan ketakwaan dengan teknik Role Play.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bulan Ramadhan sudah berlalu. Namun, semangat Ramadhan semoga masih tersisa dan membekas di bulan-bulan berikutnya. Seperti pada malam itu, anak-anak masih bersemangat mengikuti kegiatan pesantren kilat di Bulan Ramadhan. Acara yang diadakan oleh Relawan Nusantara Jakarta Timur di Masjid Dakwah Islam, Utan Kayu Utara, Jakarta Timur ini mengusung tema ‘Menembus Batas Meraih Mimpi Generasi Qurani’.

Materi yang diangkat dalam pelaksanaan pesantren kilat ini menjabarkan Taqwa, sebagai poin utama. Materi disampaikan oleh Qonita Azizah salah satu team Azka Empowering Center, lembaga yang memotori program nasional Empowering Indonesia.

Spirit  ramadhan yang dibangun melalui materi ini, menghantarkan semangat karakter tawadhu, rendah hati, qonaah, waro, dan yaqin kepada anak-anak peserta pesantren kilat ini. Pada sesi akhir, pemateri mengarahkan pengaplikasian Taqwa dengan teknik Role Play, yaitu salah satu teknik SET yang dijabarkan oleh Mohamad Soleh dalam  buku Smart Empowerment Technique (SET). Dalam Teknik ini, layaknya seperti sedang melakukan syuting film, yaitu dimana ada permainan  peran.

Dalam SET, Role Play berarti suatu teknik yang diterapkan kepada klien dengan cara memerankan seseorang dari berbagai sudut pandang dari level spiritualitas yang setara hingga level tinggi, dalam memandang permasalahan. Kemudian dimemunculkan pendapat bersama dan berkomitmen untuk melaksanakannya.

Untuk melakukan teknik ini tidak dibutuhkan ruangan khusus. Meskipun tetap harus memerhatikan kenyamanan klien. Dan, kenyamanan untuk klien tidak berarti penerapan teknik ini dilakukan di tempat yang sunyi. Bahkan, bagi sebagian orang keberadaan suara-suara di tengah-tengah mereka, justru membantu dalam berimajinasi dan lebih bisa menghayati. Jadi, untuk lebih amannya, sebelum melakukan penerapan teknik, klien ditanya terlebih dahulu soal kenyamanan ruangan.

Nah, khusus untuk acara sanlat tersebut, teknik Role Play nya dimodifikasi yang sesuai dengan konteks, yaitu  seorang peserta yang bernama Ghifar berperan sebagai anak yang mempunyai sifat-sifat orang bertakwa, sedangkan Lia tidak memilikinya. Ghifar (10 tahun) berperan sebagai Protagonis, dan Lia (12) sebagai Antagonis dan Qonita sebagai pemateri berperan sebagai malaikat.

Dalam peran ini semua peserta bisa mengambil pelajaran bagaimana jika ibadah tanpa taqwa dan bagaimana jika ibadah tanpa takwa. Dan malaikat membisikan ke semua peserta yang lain akan mengikuti yang mana, Ghifar dengan takwa atau Lia tanpa takwa? Hasilnya sungguh mengejutkan dengan kompak mereka semua mengikuti Ghifar, dengan hasil demikian menandakan peserta sanlat sudah paham betapa pentingnya takwa dalam ibadahnya.

Soleh menjelaskan dalam teknik ini kita dituntut mampu menyelami perasaan orang terhadap kita, permasalahan kita, untuk kemudian berusaha mencari solusi untuk mengatasi permasalahan. Lalu, sama-sama berkomitmen mengikuti apa yang menjadi kesepakatan bersama,  bahkan manariknya menjadi keinginan diri sendiri-sendiri yang kuat dan teguh.

Teknik ini sangat cocok digunakan untuk orang-orang yang merasa bahwa permasalahannya merupakan aib, karenanya tidaklah patut jika diceritakan atau sampai diketahui orang lain. Selain itu, cocok juga bagi orang-orang yang tidak ingin orang lain tahu jika ia membenci orang lain atau musuhnya. Karena ini merupakan permainan peran, banyak yang merasakan teknik ini sangat menyenangkan.

baca juga: Menyambut Hari Fitri dengan Belajar Memaafkan

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement