Selasa 07 May 2019 16:36 WIB

Tiga Warisan Kebudayaan Islam di Allepo

Aleppo selama berabad-abad menjadi pusat perdagangan dan kota kebudayaan Islam.

A view shows part of the Umayyad mosque as seen from Aleppo's ancient citadel, Syria January 31, 2017. Picture taken January 31, 2017
Foto: REUTERS
A view shows part of the Umayyad mosque as seen from Aleppo's ancient citadel, Syria January 31, 2017. Picture taken January 31, 2017

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain Damaskus, salah satu kota kebanggaan Suriah adalah Aleppo. Inilah kota tua yang memesona dengan bangunan-bangunan peninggalan Islam yang megah. Jauh sebelum kedatangan Islam, Aleppo sudah ada dan termasuk salah satu kota tertua dunia. Terletak di Suriah bagian utara, kota ini sudah ada sejak 2000 SM. Orang Arab menamakannya Halab.

Karena sangat strategis, Aleppo selama berabad-abad menjadi pusat perdagangan yang menghubung kan kawasan Laut Tengah dengan Mesopotamia. Kota ini juga dikenal sebagai kota kebudayaan Islam. Warisan arsitektur dari beragam dinasti, seperti Umayyah, Abbasiyah, Hamdaniyah, Seljuk, Zankiyah, Ayubiyah, Mamluk, hingga Utsmani masih menghias Kota Aleppo hingga saat ini.

Tak mengherankan jika pada 2006, Islamic Educational Scientific and Cultural Organization (ISESCO)-organisasi kebudayaan di Organisasi Konferensi Islam (OKI)-mendaulat Aleppo sebagai ibu kota kebudayaan Islam.

Dari banyak warisan kebudayaan Islam di Aleppo, tiga di antaranya adalah Benteng Aleppo, Masjid Agung Aleppo, serta Madrasah al-Halawiyah.

Masjid Agung

Masjid ini pertama kali dibangun pada tahun 715-717 M, yakni pada masa pemerintahan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik dari Dinasti Umayyah. Arsitektur masjid ini meniru arsitektur Masjid Damaskus. Pemba ngunannya yang hampir bersamaan, kemungkinan yang menyebabkan arsitektur kedua masjid ini tampak serupa.

John Warren dalam tulisannya yang bertajuk “Architecture of The Islamic World: Syria, Jordan, Israel, and Lebanon” mengungkapkan, Masjid Agung Aleppo berkalikali dihancurkan, kemudian dibangun kembali. Bentuk bangunan masjid yang berdiri sekarang adalah hasil pembangunan secara total oleh Nur ad Din pada 1158, setelah mengalami kebakaran. Pada tahun 1260, sebagian dari bangunan masjid ini direkonstruksi menyusul invasi orang-orang Mongol.

Benteng Aleppo

Benteng Allepo merupakan bangunan yang mengelilingi sebuah istana di Aleppo. Benteng ini merupakan kastil tertua dan terluas di dunia. Kompleks me gah ini berdiri di sebuah bukit tepat di pusat Kota Aleppo. Benteng ini pernah diduduki oleh beberapa penguasa, seperti dari Yunani, Bizantium, Ayyubiyah, dan Mamluk.

Benteng Aleppo atau Cita del Aleppo itu berbentuk elips dengan panjang sekitar 450 meter dan lebar 325 meter dengan ketinggian 50 meter dari kaki bukit. Benteng ini dibangun dari blok besar batu gamping yang mengilat. Untuk melindunginya dari penyusup, benteng ini dikelilingi oleh parit berkedalaman 22 me ter dan lebar 30 meter.

Meskipun benteng itu merupakan peninggalan peradaban Islam, para arkeolog telah menemukan reruntuhan za man Roma wi dan Bizantium yang di per kirakan berasal dari abad ke-9 SM. Benteng Aleppo awalnya dibangun oleh bangsa Neo- Het Acropolis untuk melindungi daerah pertanian di sekitarnya.

Kemudian, penguasa Aleppo per tama, Sultan Saif Ad-Daw lah (944-967), membangun benteng itu kembali sebagai pusat kekuatan militer. Rekonstruksi besar-besaran dilaku kan pada Pemerintahan Dinasti Ayyubiyah di bawah ke kuasaan Sultan al-Zahir al-Ghazi (1186- 1216). Ketika itu, dilaku kan penambahan beberapa bangunan yang menjadikan kompleks Benteng Aleppo seperti yang ada saat ini.

Madrasah al-Halawiyah

Madrasah al-Halawiyah terletak di bagian barat Masjid Aleppo. Sebelum Islam masuk, bangunan ini merupakan Katedral Aleppo, yang kemudian dijadikan masjid pada 1123 oleh Kadi bin al-Khashshab. Pada 1149, masjid ini kemudian difungsikan sebagai madrasah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement