Jumat 12 Apr 2019 09:18 WIB

JIC akan Gelar Diklat Kuantum Jodoh

Kuantum Jodoh dirintis sejak 2010

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Pada pasangan suami istri tak kunjung memiliki anak bisa jadi masalah yang mengganggu keharmonisan hidup.
Foto: pixabay
Pada pasangan suami istri tak kunjung memiliki anak bisa jadi masalah yang mengganggu keharmonisan hidup.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jakarta Islamic Centre (JIC) berencana akan mengadakan kegiatan Diklat Kuantum Jodoh. Acara ini rencananya akan berlangsung pada akhir April tepatnya Ahad, 28 April 2019.

Inovator Kuantum Jodoh yang juga menjabat sebagai Kepala Divisi Pengkajian dan Pendidikan JIC, KH Rakhmad Zailani Kiki, menyebut sedikitnya ada tiga hal yang Allah SWT rahasiakan dari manusia. Yaitu rezeki, jodoh, dan kematian.

Baca Juga

Tidak ada seorang manusia pun yang tahu seberapa besar dan kecilnya rezeki yang dia dapatkan selama dia hidup di dunia. Tidak ada seorang manusia pun yang tahu dengan siapa dia akan menikah. Dan tidak pula ada seorang manusia pun yang tahu kapan dan di mana dia mati.

Namun, walau rezeki menjadi rahasia Allah SWT, umumnya manusia sangat serius mengejarnya. Banyak yang telah merencanakannya dengan matang dan menjalaninya dengan tekun.

"Manusia berpegang pendapat bahwa umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin besar penghasilannya. Maka ditempuhlah pendidikan mulai dari PAUD, TK, SD, sampai ke perguruan tinggi. Dengan kata lain, untuk rezeki, manusia membuat tempat pendidikannya, membuat madrasahnya" ujar Kiki dalam keterangan yang didapat Republika, Kamis (11/4).

Ia pun melanjutkan, seharusnya hal yang demikian dilakukan pula untuk jodoh dan kematian. Karena dua hal ini sama misteriusnya dengan rezeki. Sayangnya kebanyakan manusia tidak memandang penting urusan jodoh dan kematian. Maka nyaris tidak dikenal adanya madrasah jodoh dan madrasah kematian di Indonesia.

Kiki menyebut khusus tentang jodoh, ada pernyataan yang populer yang disampaikan oleh para lajang. Banyak yang berkata, 'Jodoh urusan nanti lah, bagaimana nanti Tuhan yang kasih."

Pernyataan ini dinilai fatalistik, khas kaum Jabariyah ini, dan memang cukup ampuh sebagai senjata kaum lajang yang tengah sibuk mengejar rezeki untuk "melawan" pertanyaan "kapan nikah?" dari keluarga, kerabat, atau teman-temannya.

"Dari pengalaman saya mengelola komunitas ta'aruf, perlawanan lewat kalimat tersebut tentu hanya sementara, terutama untuk kaum hawa," lanjutnya.

Namun, ia menyebut keinginan untuk terlepas dari desakan dan gangguan tersebut tidak dibarengi dengan bimbingan dan bekal agama yang kuat. Yang terjadi saat ini sebagian kaum lajang, akhirnya mengambil jalan pintas, jalan yang instan.

Mereka mengambil jalan ini tanpa melalui cara dan tahapan yang benar menurut syariat Islam. Tidak lagi memandang kualitas keislaman, keimanan, dan kepribadian calon pasangannya, mereka pun menikah.

Bahkan celakanya, Kiki menyebut ada yang menikah dengan yang tidak seiman. Maka, wajar jika cekcok rumah tangga terjadi dari orang-orang yang mengambil jalan pintas dan instan ini yang berujung pada perceraian.

Karena itu, bimbingan perihal jodoh ini penting untuk dilakukan. Diklat dan metode Kuantum Jodoh sendiri telah dirintis dan dikembangkan sejak 2010 oleh Rakhmad Zailani Kiki.

Sampai saat ini telah banyak menjadikan pesertanya berhasil mendapatkan jodoh dan menikah. "Teori dan metode Kuantum Jodoh memiliki motto 'Jodohmu Ada di Dalam Dirimu', yang terinspirasi atau bersumber dari QS An Naba ayat 8," ujarnya.

Karena alasan inilah, JIC pun mengadakan kegiatan untuk membimbing umat muslim yang masih lajang agar lebih memaknai kata jodoh ini dan mengetahui bagaimana cara mencari jodoh sesuai syariat Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement