Senin 25 Mar 2019 16:00 WIB

Jasa Migran dan Bersatunya Umat Islam Selandia Baru

Migrasi Muslim dalam skala besar terjadi pada era 1970-an.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Pemuda Muslim Selandia Baru
Foto: newswire
Pemuda Muslim Selandia Baru

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kemudian, migrasi Muslim dalam skala besar terjadi pada era 1970-an yang ditandai dengan migrasi pekerja Fiji-India. Selanjutnya, terbentuklah Asosiasi Muslim Canterbury pada 1977. Pada tahun 1979, tercatat sudah ada sekitar 2.000 Muslim di seluruh Selandia Baru.

Pada tahun 1980-an, terjadilah peningkatan jumlah migran Muslim, pengungsi, maupun pelajar Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Mereka juga terus mendirikan organisasi Muslim, terutama di Auckland. Bahkan, mereka mendirikan sejumlah pendidikan Islam.

Baca Juga

Arus migrasi makin deras seiring dengan kekacauan yang terjadi di Fiji pada 1987. Ada juga sejumlah kecil komunitas Muslim yang berasal dari Turki, sebagian wilayah Pakistan, India, dan Bangladesh, serta Asia Tenggara.

Para imigran tersebut terpusat di kotakota besar, seperti Auckland, Hamilton, Wellington, dan Christchurch. Beberapa tahun selanjutnya, arus masuk para pelajar asing dari Malaysia dan Singapura turut meningkatkan jumlah kaum Muslim di negeri itu.

Walaupun dalam jumlah yang kecil, populasi Muslim di Selandia Baru juga turut dipengaruhi oleh perpindahan agama penduduk asli Selandia Baru. Sensus penduduk pada tahun 2001 menunjukkan, terdapat 700 orang Maori dan 3.000 orang Eropa yang terdaftar sebagai Muslim.

Untuk mewadahi kepentingan Muslim yang tersebar di berbagai kota Selandia Baru, tokoh Muslim setempat, Mazhar Shukri Krasniqi, menggabungkan tiga organisasi Islam di Canterbury, Wellington, dan Auckland ke dalam satu wadah organisasi Islam berskala nasional. Namanya Federation of Islamic Associations of New Zealand (FIANZ).

Atas upayanya itu, Krasniqi pun memperoleh penghargaan Queens Service Medal dari Pemerintah Selandia Baru tahun 2002. FIANZ kini juga berperan memberikan sertifikasi halal daging ekspor dan kerap mewakili Muslim Selandia Baru di tingkat nasional maupun internasional.

"Daging-daging ini kemudian diekspor ke Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Inggris, Afrika Selatan, Eropa, Amerika Utara, dan Asia," kata pegiat studi agama di Selandia Baru, Douglas Pratt, dalam laman Victoria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement