Sabtu 16 Mar 2019 17:17 WIB

Imam Shamsi Ali: Tak Mudah Bangun Masjid Indonesia di AS

endirikan masjid Indonesia di negara minoritas Muslim tidaklah mudah.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agung Sasongko
Imam Shamsi Ali
Foto: AP/Seth Wenig
Imam Shamsi Ali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendirikan masjid Indonesia di negara minoritas Muslim tidaklah mudah. Diperlukan perjuangan serta tekad yang kuat, sebab dari sisi perizinannya saja sulit didapat.

Untuk membahas itu, wartawan Republika Iit Septyaningsih berkesempatan berbincang dengan Presiden Nusantara Foundation Imam Shamsi Ali, berikut kutipannya.

Bagaimana perjuangan membangun masjid Indonesia di Amerika Serikat (AS)?

Membangun masjid Indonesia di AS memang tidak mudah. Ada beberapa kendala utama. Pertama, karena dari segi jumlah warga Indonesia, jika dibandingkan komunitas lainnya, warga Indonesia sangat kecil. Ini berdampak pada kemampuan menggalang dana. Maka, harapannya memang selalu dari pemerintah atau para pengusaha dalam negeri.

Kedua, kehidupan umat Islam masih sangat 'ethnic centrist' atau berdasarkan etnis atau asal negara. Maka untuk mengharapkan donasi dari orang lain, selain Indonesia, masih agak berat. Apalagi, kenyataannya warga Indonesia kurang bergaul dengan warga lain. Ketiga, tentu tantangan lokal seperti yang dihadapi warga lain. Hanya saja, juga sejujurnya komitmen agama warga Indonesia sangat lemah dibanding warga lainnya.

Meski begitu, alhamdulillah saat ini walaupun ada tantangan-tantangan di atas, sudah ada lima masjid yang memang di miliki dan dikelola langsung oleh warga Indonesia, termasuk di New York, DC, Houston, Philadelphia, dan Los Angeles.

Apa urgensi membangun masjid Indonesia di luar negeri, khususnya di AS?

Saya kira urgensi pertama adalah menjadi 'penyelamat' bagi generasi Mus lim Indonesia masa depan. Ada beberapa kenyataan, anak-anak orang Indonesia hanyut dan tidak lagi peduli agama. Selain itu, tentunya masjid-masjid ini menjadi simbol negara dan bangsa Indonesia sebagai negara Muslim terbesar dunia. Islam di Amerika itu identik dengan Timur Tengah. Ini masanya Indonesia mengenalkan diri sebagai negara Muslim terbesar dunia.

Apa saja yang harus disiapkan dalam pembangunan masjid di AS?

Persiapan terpenting adalah peng adaan dana. Ini yang paling pelik. Apalagi kalau mengandalkan warga Indonesia di Amerika saja, tentu berat. Mayoritas warga kita adalah kelas pekerja biasa. Masih sedikit yang profesional.

Program apa saja yang saat ini dimiliki masjid Indonesia di AS?

Masing-masing komunitas dan mas jid punya programnya. Ada yang konsentrasi ke program pemuda dan remaja. Ada pula yang memprioritaskan kegiatan sosial dan pendidikan. Ada juga dalam bidang dakwah, termasuk membangun dialog dengan komunitas agama lain.

Bagaimana respons masyarakat lokal terhadap masjid Indonesia?

Seperti yang saya katakan, Indonesia masih belum dikenal luas oleh warga Ame rika, khususnya dalam konteks sebagai negara Muslim terbesar, maka sering kali masih dilihat sebelah mata. Itulah yang menjadikan saya sejak peristiwa 9/11 bekerja keras menampilkan diri sebagai Imam dan aktivis yang dikenal.

Hanya saja, usaha saya ini dibatasi oleh kemampuan diri sendiri. Perlu ke terlibatan semua warga Indonesia dan juga pemerintah untuk mengenalkan Indonesia sebagai negara besar, khususnya dalam konteks sebagai negara Mus lim terbesar dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement