Rabu 30 Jan 2019 19:26 WIB

Muslim Belanda Minta Perlindungan Keamanan Masjid

Umat Islam Belanda khawatir dengan meningkatnya serangan Islamofobia di negara itu.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Andi Nur Aminah
Masjid El-Tawheed di Amsterdam, Belanda.
Foto: Wordpress.com
Masjid El-Tawheed di Amsterdam, Belanda.

REPUBLIKA.CO.ID, ROTTERDAM -- Muslim di Belanda menuntut langkah-langkah keamanan terhadap serangan teror rasis dan PKK terhadap organisasi dan masjid Islam. Umat Islam Belanda khawatir dengan meningkatnya serangan Islamofobia di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.

Oleh karenanya, umat Islam ingin langkah-langkah keamanan diambil tidak hanya di ibu kota Amsterdam tetapi di seluruh negeri. Selain serangan rasis, mereka juga dipaksa untuk melindungi diri dari anggota PKK. Kepala Yayasan Geylani di Rotterdam, Ali Dede Tas mengatakan, orang-orang yang mengunjungi masjid untuk shalat serta anak-anak yang datang untuk belajar agama kerap merasa cemas.

"Kami selalu gelisah dan dalam suasana hati was-was, seolah-olah seseorang bisa melempar sesuatu kapan saja sejak serangan terhadap masjid kami tahun lalu," kata Tas seperti dikutip Anadolu Agency, Rabu (30/1).

Dia juga mendesak pemerintah Belanda untuk mengambil tindakan terhadap serangan sesegera mungkin tanpa menunggu sampai sesuatu terjadi. "Pemerintah Belanda tidak mengutuk serangan masjid tahun lalu, yang merupakan pendekatan rasis. Itu tidak memberikan langkah-langkah keamanan dan bahkan tidak membuat pernyataan meyakinkan," kata Orhan Keles, seorang ekspatriat Turki.

Keles mengatakan, Sinagog memang dilindungi di seluruh negeri. Dia dan seluruh umatnya tidak menentang agama apa pun. "Mereka perlu dilindungi juga. Tapi masjid-masjid telah diserang lebih banyak dan kami tidak mengerti mengapa masjid-masjid itu tidak dilindungi," tambahnya.

Menurut Laporan Islamophobia Eropa 2017, gelombang Islamofobia yang meningkat telah terjadi di Eropa. Laporan itu mengungkapkan 908 kejahatan, mulai dari serangan verbal dan fisik hingga upaya pembunuhan. Mereka menargetkan Muslim di Jerman, serta 664 di Polandia, 364 di Belanda, 256 di Austria, 121 di Prancis, 56 di Denmark, dan 36 di Belgia. Laporan tersebut dicatat dan disiapkan oleh Yayasan Riset Politik, Ekonomi, dan Sosial (SETA) yang berbasis di Ankara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement