Kamis 13 Dec 2018 10:28 WIB

Ulama Dunia Bersatu Tolak Ekstrimisme dan Islamofobia

Mereka mengusulkan kemitraan antarbudaya agar secara efektif memerangi Islamofobia.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Andi Nur Aminah
 Pertemuan ulama dunia (ilustrasi)
Foto: Republika/Muhyiddin
Pertemuan ulama dunia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Para cendekiawan Muslim dari 127 negara berkumpul dalam sebuah konferensi di Makkah, Arab Saudi, pada Rabu (12/12). Lebih dari 1.299 ulama dan kaum intelektual mengambil bagian dalam konferensi bertajuk "Konferensi Internasional tentang persatuan Islam - bahaya pelabelan dan ekslusi."

Para ulama ini bersatu untuk menolak segala bentuk kebencian dan ekstremisme. Mereka mengusulkan untuk memulai kemitraan antar budaya agar secara efektif memerangi Islamofobia.

Acara yang diselenggarakan oleh Liga Dunia Muslim (MWL) itu diresmikan oleh Gubernur Makkah Pangeran Khaled Al-Faisal. Dilansir di Arab News, Kamis (13/12), para peserta konferensi menyerukan rencana komprehensif untuk menangani sektarianisme dan ekstremisme.

Mereka juga menekankan perlunya menciptakan saluran komunikasi yang efektif antara pengikut berbagai aliran pemikiran Islam yang berbeda untuk menghilangkan kesalahpahaman dan meningkatkan kerja sama. Dengan suara bulat, mereka menolak pandangan sektarian dan ide-ide ekstremis. Di samping itu, mereka juga meminta para ulama dan pengkhotbah untuk memainkan peran mereka dalam menyatukan umat Islam.

 

Pada kesempatan itu, Gubernur Makkah membacakan pidato atas nama Raja Salman. Dalam sambutannya, Raja Salman menegaskan bahwa Arab Saudi dengan pendekatannya yang moderat akan terus memenuhi komitmen dan inisiatifnya untuk mewujudkan harapan dan aspirasi kaum Muslim di seluruh dunia.

Raja Salman juga meminta para cendekiawan Islam untuk bersatu dalam menghadapi kampanye sengit yang ditujukan terhadap agama, moral, budaya, dan peradaban mereka. Ia juga menekankan perlunya menghapus pandangan negatif dan memperbaiki kesalahpahaman tentang agama. Raja Salman menyerukan untuk memperluas dialog, pemahaman, dan kerja sama untuk mewujudkan keselarasan, kesepakatan, dan kerja bersama.

"Kami berharap bahwa pengetahuan yang kuat akan digunakan untuk menghilangkan perpecahan dalam umat dan mewujudkan persatuan dan solidaritasnya demi perbaikan seluruh umat manusia," kata Raja Salman melalui sambutan yang disampaikan gubernur Makkah.

Mufti Agung Saudi yang juga ketua Dewan Tertinggi MWL, Sheikh Abdul Aziz Al-Asyikh, menyoroti ajaran Islam yang secara kategoris menolak semua bentuk diskriminasi. Ia lantas menyerukan umat Islam untuk menempa persatuan di antara barisan mereka dan menyingkirkan persaingan, perbedaan kecil, dan mengatakan tidak pada perpecahan dan faksionalisme.

Presiden Dewan Fatwa Emirat, Sheikh Abdallah bin Bayyah, menekankan bahwa persatuan adalah konsep Islam yang mencakup semua lingkup eksistensi manusia dan mencakup semua hubungan individu, kolektif dan internasional. Menurutnya, Islam adalah agama persatuan.

Sheikh Bayyah mengatakan, perbedaan pendapat tidak seharusnya ditafsirkan sebagai permusuhan. Dia menyesalkan semangat pengucilan, penolakan, dan tidak mempercayai orang lain. Dia mengatakan, pendekatan yang moderat diperlukan untuk melawan ekstremisme dan kebencian.

Sekretaris Jenderal MWL Sheikh Dr. Mohammed bin Abdulkarim Al-Issa mengatakan, masalah yang terjadi di dunia saat ini berasal dari kurangnya dialog terbuka dan persaingan yang sia-sia antara sekte dan denominasi. Sementara Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Dr. Yousef Al-Othaimeen, memuji pengalaman Arab Saudi yang sukses melawan ekstremisme, kekerasan dan terorisme.

Dia mengatakan, langkah-langkah yang diambil Saudi untuk melawan tren negatif ini telah mengubahnya menjadi acuan yang dapat diandalkan untuk semua yang terkait dengan Islam. Dia lantas memuji upaya, langkah berani dan kebijakan tegas yang dilakukan oleh Kerajaan Saudi untuk membasmi ide-ide ekstremis dari masyarakat. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement