Rabu 05 Dec 2018 07:34 WIB

Dari Penjara ke Penjara, Kilani Luluhkan Hati Ekstremis

Agama berperan penting dalam mengikis paham ekstremisme narapidana.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nashih Nashrullah
Lapas (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO
Lapas (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Imran, bukan nama sebenarnya, menjadi salah satu narapidana termuda di Supermax (lapas dengan tingkat keamanan paling tinggi), di Amerika Serikata. Imran dipenjara atas tuduhan terorisme.

Dilansir di ABC News pada Rabu (5/12), ayah Imran, menolak mengakui dan mengunjungi anaknya di penjara. Hal itu membuat Imran diliputi amarah dan kebencian.

Namun, Imran bertemu degan Kilani. Ahmed Kilani adalah satu dari empat ustaz yang bekerja di penjara NSW. Dia bertugas melawan doktrin ekstremis dan memberi bimbingan spiritual kepada sejumlah kecil narapidana Muslim.

Setiap bulan, Kilani menghabiskan ratusan jam melintasi negara bagian untuk mengunjungi penjara Goulburn Supermax, Long Bay, Lithgow, Bathurst, dan Oberon. 

Pekerjaannya memang kontroversial di negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim itu. Namun, Kilani percaya tindakannya itu mengubah hidup narapidana Muslim. 

Kilani berhasil meyakinkan ayah Imran untuk mengunjungi putranya. Bahkan, dia tidak menyangka Imran mencium tangannya sebagai tanda penghormatan dalam budaya Muslim. Terinspirasi etos positif dari Kilani, Imran meminta keringanan hukuman dan rutin beribadah.

Kilani percaya semua orang bisa berubah. Kilani adalah bukti bahwa perilaku kriminal yang kompleks bisa direhabilitasi dan dibimbingan untuk mengubah narapidana.

“Semua orang membuat kesalahan, dan semua orang bisa berubah. Dan kita harus memberi mereka kesempatan untuk berubah,” kata Kilani.

 

Agama selamatkan ekstremis?

Seorang akademisi yang mempelajari ekstrimisme brutal, Julian Droogan percaya narapidana dapat membuang keyakinan agama ekstrem dan berintegrasi kembali dengan masyarakat.

“Meskipun ekstremisme kekerasan jarang disebabkan semata-mata oleh keyakinan agama yang ekstrem, agama dapat memainkan peran penting dalam mengoreksi beberapa propaganda keliru dari kelompok-kelompok seperti Alqaeda dan Negara Islam (ISIS),” ujar Droogan.

Dia mengatakan, agama dapat mendorong dan mendukung ekstremis dalam menemukan tempat di komunitas agama yang positif dan identitas sehat tanpa kekerasan. 

Dia tidak menampik, sulit memulihkan orang yang menganut keyakinan bahwa ekstremisme adalah umum di lingkungan sosialnya. n Umi Nur Fadhilah

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement