Senin 03 Dec 2018 13:24 WIB

Kejar Ketertinggalan, Turki Bidik Pasar Halal Global

Turki berada pada peringkat ke-15 pada Indikator Ekonomi Islam Global.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nashih Nashrullah
Spice Market terletak satu kompleks dengan Masjid Baru (New Mosque atau Yeni Camii) yang ada di tepi jalan besar Istanbul, Turki.
Foto: Republika/Arif Supriyono
Spice Market terletak satu kompleks dengan Masjid Baru (New Mosque atau Yeni Camii) yang ada di tepi jalan besar Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL – Turki membidik pasar utama di industri halal global. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menjadi tuan rumah World Halal Expo 2018 pada pekan lalu.

Melalui event ini, Turki berharap membantu mengamankan dirinya sebagai negara terkemuka di kawasan dan dunia Islam. Meskipun persaingan di pasar masih ketat.  Malaysia, Uni Emirat Arab (UEA), dan Arab Saudi masih bertengger di urutan atas.

Profesor Hilmi Demir dari Fakultas Teologi Universitas Hittite mengatakan, Turki memiliki banyak hal yang harus dilakukan.

Dia menyebutkan, Turki, karena pola pikir sekuler, tidak peduli dengan pasar halal global untuk waktu yang lama. Namun, sektor halal berkembang sangat cepat dan memiliki potensi besar. 

“Diskusi politik yang dangkal membuat Turki kehilangan waktu pada masalah ini, sementara itu bahkan negara-negara non-Muslim berinvestasi dalam bisnis triliun dolar ini," kata Demir dilansir di Middle East Eyes, Senin (3/12).

Menurut Demir, sementara Turki menyia-nyiakan waktu, negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan UEA, serta Malaysia, telah membentuk pangsa pasar signifikan di pasar halal global. 

Dia mengatakan, pasar tersebut tidak hanya mencakup makanan, tetapi banyak sektor dan industri lain, seperti perbankan, pariwisata, kosmetik, dan energi.

Saat ini, Turki berada pada peringkat ke-15 pada Indikator Ekonomi Islam Global Thomson Reuters, sebuah daftar yang memberikan gambaran menyeluruh tentang negara mana yang paling tepat diposisikan untuk mengatasi peluang global multi-triliun dolar ini. Empat yang pertama adalah Malaysia, Bahrain, UEA, dan Arab Saudi. 

Tahun lalu, Turki bahkan tidak masuk 15 besar. Namun seperti yang ditunjukkan  Laporan Perekonomian Islam Global 2018/2019 oleh Thomson Reuters, Ankara memiliki ambisi besar untuk naik peringkat.

Laporan 2018-2109 menggarisbawahi bahwa investasi terbesar di pasar makanan halal adalah investasi gabungan Turki-Qatar di Turki senilai 470 juta dolar AS. Sementara itu, 11 investasi teratas lainnya di bidang yang sama mencapai 563 juta dolar AS.

Peluang investasi dalam industri halal sangat luas. Menurut laporan itu, belanja Muslim global di seluruh sektor gaya hidup diperkirakan menjadi 2,1 triliun dolar AS pada tahun 2017, sementara sektor keuangan Islam memiliki 2,4 triliun dolar AS dari total aset.

Makanan dan minuman memimpin kategori belanja Muslim di 1,3 triliun dolar AS, jauh melebihi sektor di posisi selanjutnya yakni pakaian pada 270 miliar dolar AS. Belanja Muslim untuk makanan dan minuman tumbuh 6,1 persen dan diperkirakan akan mencapai 1,9 triliun dolar AS pada 2023, menurut laporan itu.

Sejak Kamis pekan lalu, lebih dari 500 pembeli, 200 peserta pameran, ahli, akademisi dan pejabat dari Maroko hingga Indonesia telah hadir di kompleks Yenikapi, Istanbul. Pameran empat hari, yang diselenggarakan oleh Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di bawah naungan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, adalah kesempatan bagi Turki untuk menunjukkan minat ke pasar halal.

Dalam dunia halal, ambisi Turki bersifat global. Pada expo, Turki telah bersusah payah untuk mempromosikan inisiatif baru: Badan Akreditasi Halal (HAK), badan akreditasi yang berniat untuk beroperasi di seluruh dunia. HAK tidak mengeluarkan sertifikat halal itu sendiri tetapi memberi wewenang dan mengawasi lembaga yang memberikan dokumen-dokumen ini.

Menurut laporan 2018/2019, ada lebih dari 300 pemberi sertifikasi halal yang diakui, tetapi tidak ada standarisasi untuk sertifikasi. Di sini Turki melihat celah di pasar.

Di Amerika Serikat, Asosiasi Organisasi Kashrut telah menyelaraskan 300 pemberi sertifikat halal. Dengan HAK, Ankara yakin bisa melakukan itu untuk halal dalam skala dunia.

"Pasar untuk mengeluarkan sertifikasi halal saja bernilai 6 miliar dolar AS setiap tahun, dan seperti Turki, kami mengejar bagian kami," kata Sekretaris Jenderal HAK, Hasan Sagkol.

Menteri Perdagangan Turki Ruhsar Pekcan berharap HAK akan membawa mata uang asing ke negara itu dengan imbalan akreditasi, yang akan membantu memperkuat lira Turki.

"HAK akan menjadi pusat dan pemimpin dalam layanan akreditasi di pasar halal senilai 4 triliun dolar AS," kata Pekcan, menurut Anadolu Agency.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement